Selasa, 20 Maret 2012

Surat untuk presiden

Surat Buat Presidenku Kepada Yth. Pak Presiden yang baik, Di.- Kibetnya Tentang kenaikan harga minyak, kami mungkin tidak pandai berhitung: Bagaimana sebenarnya harga minyak ditentukan? Bagaimana neraca perekonomian nasional diperlakukan? Atau pertimbangan apa yang dipakai sehingga satu-satunya pilihan untuk ‘menyelamatkan seluruh bangsa’ harus sama dan sebangun dengan menaikkan harga-harga? Bagi kami, angka-angka selalu terdengar sebagai ilusi belaka, Pak. Setiap hari kami mendengar satuan ‘miliar’ atau ‘triliun’ disebutkan dalam berita-berita, tanpa pernah benar-benar melihatnya dalam bentuk yang sesungguhnya apalagi menghitungnya satu per satu. Hidup kami sederhana, disambung lembaran-lembaran uang recehan. Ilmu hitung kami kelas rendahan: berapa untuk makan sehari-hari, uang jajan anak sekolah, biaya transportasi, biaya listrik bulanan, dan kadang-kadang cicilan motor, dispenser atau DVD player. Tak perlu kalkulator. Bila sedang beruntung, kami bisa punya sisa uang untuk jalan-jalan di akhir pekan. Bila sedang sulit, kami tidak kemana-mana, Pak: Kami mencari kebahagiaan gratisan di televisi meski kadang-kadang justru dibuat pusing dengan berita-berita tentang beberapa anak buah Bapak yang korupsi. Tahukah Bapak, dalam televisi, juga koran-koran dan majalah: kami seperti tak punya presiden! Kami seperti tak punya pemimpin! Negara ini terlanjur dikuasai para bandit, Pak! Ah, mungkinkah Bapak tak sempat menonton TV atau membaca koran sehingga Bapak tak mengetahuinya? Tapi, kemana saja sih Bapak selama ini? Mengapa hanya muncul untuk bernyanyi, mengucapkan belasungkawa, atau membacakan pidato-pidato bernada lemah yang berisi kabar buruk, permohonan maaf, dan keprihatinan? Kami, rakyat biasa, sesekali butuh kabar gembira, Pak! Kadang-kadang kami berkhayal bahwa jangan-jangan kami sedang hidup dalam sinetron? Mungkinkah yang berpidato di televisi itu bukan Bapak tapi kembaran Bapak yang menyamar atau tertukar? Mungkinkah kepala Bapak terbentur batu dan lantas hilang ingatan? Tetapi, tentu saja itu bukan kabar gembira. Pak Presiden yang baik, Kelak bila harga BBM naik, dengan gagah dan baik hati konon Bapak akan memberi kami kompensasi: Bapak akan membuat kami mengantre untuk mendapatkan uang bantuan agar kami tak merasa kesulitan. Tapi, pikiran kami sederhana saja, Pak, benarkah Bapak suka melihat kami mengantre panjang-mengular dari Sabang sampai Merauke? Kami tidak suka itu, Pak. Kami tak suka terlihat miskin, apalagi menjadi miskin. Kalau memang Bapak punya uang untuk dibagikan kepada kami, pakailah uang itu, kami rela meminjamkannya untuk menyelamatkan ‘perekonomian nasional’ yang konon sedang gawat itu. Tak perlu naikkan BBM, pakailah uang kami itu: kami rela meminjamkannya untuk menyelamatkan bangsa! Bila perlu, berdirilah di hadapan kami, katakan apa yang negara perlukan dari kami untuk menyelamatkan kegawatan bencana ekonomi negara ini? Bila Bapak perlu uang, kami akan menjual ayam, sapi, mesin jahit, jam tangan, atau apa saja agar terkumpul sejumlah uang untuk melakukan pembangunan dan penyelamatan perekonomian bangsa. Bila Bapak disandra mafia, pejabat-pejabat yang bangsat, atau pengusaha-pengusaha yang menghisap rakyat, tolong beritahu kami: siapa saja mereka? Kami akan bersatu untuk membantumu melenyapkan mereka. Tentu saja, semoga Anda bukan salah satu bagian dari mereka! Pak Presiden yang baik, Dengarkanlah kami, berdirilah untuk kami, berbicaralah atas nama kami, belalah kami: maka kami akan selalu ada, berdiri, bahkan berlari mengorbankan apa saja untuk membelamu. Berhentilah berdiri dan berbicara atas nama sejumlah pihak—membela kepentingan-kepentingan golongan. Berhentilah jadi bagian dari mereka yang akan kami benci sampai mati. Jangan jadi penakut, Pak Presiden, jangan jadi pengecut! Buanglah kalkulatormu, singkirkan tumpukan kertas di hadapanmu, lupakan bisikan-bisikan penjilat di sekelilingmu ! Lalu dengarkanlah suara kami, tataplah mata kami: tidak pernah ada satupun pemimpin di atas dunia yang sanggup bertahan dalam kekuasaannya jika ia terus-menerus menulikan dirinya dari suara-suara rakyatnya! Pak Presiden, Sekali lagi, tentang kenaikan harga minyak, barangkali kami memang tak pandai berhitung. Tapi, sungguh, kami tak perlu menghitung apapun untuk memutuskan mencintai atau membenci sesuatu; termasuk mencintai atau membencimu !

Sabtu, 10 Maret 2012

Shifietz: Jika kau bukan seseorang itu, kenapa jiwaku merasa...

Shifietz: Jika kau bukan seseorang itu, kenapa jiwaku merasa...: Jika kau bukan seseorang itu, kenapa jiwaku merasa gembira hari ini? Jika kau bukan seseorang itu, kenapa tanganku begitu pas dengan tan...

Jumat, 09 Maret 2012

KINETIKA REKASI ENZIM


PERCOBAAB III
KINETIKA REAKSI ENZIM





A.    TUJUAN:
Diharapkan dapat memahami kinetika reaksi enzim dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi optimum suatu enzim.

B. TEORI DASAR:
            Enzim merupakan protein yang mengkatalisis reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme perantara dari sel. Enzim bekerja dengan urutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrient, reaksi yang menyimpang dan mengubah energi kimiawi dan yang membuat makromolekul sel dari precursor sederhana. Enzim bekerja dengan menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia tanpa mengubah keseluruhan perubahan energi bebas reaksi atau letak kesetimbangan akhir. Enzim sebagai katalisator menurunkan energy aktivasi reaksi-reaksi kimia dan meningkatkan fraksi molekul di dalam suatu populasi molekul tertentu untuk lebih cepat bereaksi per satuan waktu dibandingkan dengan keadaan tanpa katalisator. Enzim juga bergabung dengan substratnya selama siklus katalitiknya. Analisis kuantitatif kinetika reaksi enzim dapat dilakukan dengan dua asas pendekatan yaitu asas keseimbangan menurut Michaelis-Menten dan asas teori keadaan tunak (steady state theory) menurut Briggs-Haldone.
3           






            Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu, pengaruh pH, dan pengaruh inhibitor. Pengukuran jumlah enzim berdasarkan kecepatan reaksi yang dikatalisisnya
Cara : dibandingkan dengan enzim murni yang diketahui kadarnya. Satuan : µg. Berdasarkan ml jumlah substrat yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu. Satuan : unit. 1 i.u : Jumlah enzim yang mengkatalisis pembentukan 1 µ mol produk per menit pada kondisi 25°C pada keadaan pengukuran optimal. Jumlah substrat yg diubah atau produk yang dihasilkan per satuan waktu. Aktifitas spesifik adalah jumlah unit enzim per miligram protein, yang merupakan suatu ukuran kemurnian enzim. Bilangan putaran suatu enzim adalah jumlah molekul sustrat yang terubah per satuan waktu oleh suatu molekul enzim (atau oleh satu sisi katalitik), jika konsentrasi enzim sendiri merupakan faktor pembatas kecepatan reaksi.
Beberapa enzim tidak memerlukan komponen tambahan untuk mencapai aktivitas penuhnya. Namun beberapa memerlukan pula molekul non-protein yang disebut kofaktor untuk berikatan dengan enzim dan menjadi aktif. Kofaktor dapat berupa zat anorganik (contohnya ion logam) ataupun zat organik (contohnya flavin dan heme). Kofaktor dapat berupa gugus prostetik yang mengikat dengan kuat, ataupun koenzim, yang akan melepaskan diri dari tapak aktif enzim semasa reaksi. Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat dengannya disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim beserta dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan kofaktor tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat. Namun, gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya tiamina pirofosfat pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga dapat digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein berganda, seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks lengkap yang mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif.
            Enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substrat. Oleh karena itu, tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif. Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat berfungsi terhadap substrat.
C.  ALAT DAN BAHAN
ALAT             :                                                           BAHAN         :
- Gelas-gelas piala 50 ml dan 10 ml                         - Larutan TCA 20%
- Tabung reaksi                                                         - Larutan kasein 2% (b/v)
- Pengaduk gelas                                                      - Larutan dapar fosfat 0,1M pH 8
- Pipet ukur 1 ml, 5 ml dan 10 ml                            - Larutan NaOH 0,5 N
- Pipet tetes                                                              - Aquadest
- Water bath 35˚C                                                    - Reagen Folin-Ciocalteu
- Kertas saring                                                          - Larutan tripsin (10 mg tripsin
- Kuvet                                                                        dalam 25 ml dapar fosfat 0,1 M
- Spektrofotometer/calorimeter                                   pH 8,0).
- Corong kaca.

D. PROSEDUR
PROSEDUR / CARA KERJA
HASIL PENGAMATAN
Tabung t = 0 menit

5 tabung reaksi berpengaduk
   
Ditambahkan Buffer pH 8. Pada tabung 1 berisi 5,9 ml,  tabung 2 berisi 5,5 ml, tabung 3 berisi 5 ml, tabung 4 berisi 3 ml, dan tabung berisi 1 ml
 
Ditambahkan tripsin pada semua tabung masing-masing 1 ml

Pada masing-masing tabung ditambahkan 3 ml larutan TCA 20% dan diaduk perlahan

Diinkubasi selama 30 menit dalam water bath 35˚C

Ditambahkan larutan kasein. Pada tabung 1 berisi 0,1 ml, tabung 2 berisi 0,5 ml, tabung 3 berisi 1 ml, tabung 4 berisi 3 ml, dan tabung 5 berisi 5 ml.

Disentrifuga selama 10 menit, dan kemudian disaring dengan kertas saring

Difiltrat lebih lanjut dengan metode Anson:

Dicampurkan 2 ml TCA-filtrat diatas dengan 4 ml NaOH 0,5 M

Ditambahkan 1 ml larutan Folin-Ciocalteu (1 volume reagen ditambah 1 volume aquades sehngga mengandung 1 N asam)

Didiamkan selama 10 menit kemudian tetapkan serapannya pada 650 nm.






















Tabung t = 20 menit

5 tabung berpengaduk

Ditambahkan larutan kasein. Pada tabung 1 berisi 0,1 ml, tabung 2 berisi 0,5 ml, tabung 3 berisi 1 ml, tabung 4 berisi 3 ml, dan tabung 5 brisi 5 ml.

Diinkubasi didalam water bath 35˚ C selama 5 menit, sambil terus diaduk perlahan (jangan sampai berbusa)

Ditambahkan berturut-turut larutan buffer fosfat. Pada tabung 1 berisi 5,9 ml, tabung 2 berisi 5,5 ml, tabung 3 berisi 5 ml, tabung 4 berisi 3 ml, dan tabung 5 berisi 1 ml.

Ditambahkan juga larutan tripsin 1 ml masing-masing pada setiap tabung

Diinkubasi selama 20 menit dalam inkubator 35˚C dihitung setelah penambahan tripsin

Rekasi dihentikan dengan penambahan 3 ml TCA 20% kedalam masing-masing tabung dan diaduk dengan kuat
 


Didiamkan selama 20 menit dalam air es untuk menyempurnakan pengendapan

Disentrifuga selama 10 menit, kemudian disaring untuk diambil supernatanya
disaring dengan kertas saring

Difiltrat lebih lanjut dengan metode Anson:

Dicampurkan 2 ml TCA-filtrat diatas dengan 4 ml NaOH 0,5 M

Ditambahkan 1 ml larutan Folin-Ciocalteu (1 volume reagen ditambah 1 volume aquades sehngga mengandung 1 N asam)

Didiamkan selama 10 menit kemudian tetapkan serapannya pada 650 nm.



















C. PENGOLAHAN DATA
      Perhitungan:

D. PEMBAHASAN:
Pada percobaan ini, data yang diperoleh tersebut yaitu dari tabung satu sampai tabung lima, larutan berwarna putih keruh yang terbentuk dilapisan atas semakin banyak dan bagian larutan yang bening semakin sedikit, akibat karena penambahan kasein dari tabung satu sampai tabung lima semakin banyak sedangkan  larutan Buffer fosfat dari tabung satu sampai tabung lima semakin sedikit. Dalam hal ini tripsin berperan sebagai enzim yang akan dianalisis kinetika reaksinya yang mempunyai pH 6-8 sedang kasein berperan sebagai substrat yang akan bereaksi dengan tripsin (enzim). Yang dimana suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan subsrtat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamakan sebagai bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi. Bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Namun dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi susbstrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar. Dan Larutan buffer posfat berfungsi sebagai larutan penyangga yang mempertahankan pH larutan tetap berada pada pH 8, yaitu pH yang optimum untuk aktivitas enzim dalam bereaksi dengan substrat. Karena struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Sedangkan larutan TCA 20% ditambahkan berfungsi untuk menghentikan jalannya reaksi hidrolisis antara tripsin dan kasein dengan cara mendenaturasi tripsin sehingga mampu menghentikan reaksi enzimatis karena sifatnya yang asam. Kemudian dinkubasi pada T = 0 menit selama 30 menit dalam water bath 35˚C. setelah penambahan larutan TCA 20% pada tabung dimaksudkan untuk memberikan waktu kepada TCA dalam memutuskan ikatan-ikatan protein pada enzim (mendenaturasi protein) sehingga enzimnya hancur. Sedang inkubasi pada T = 20 menit setelah penambahan tripsin dimaksudkan untuk memberikan waktu yang cukup untuk enzim dalam menghidrolisa substratnya.
Pada percobaan ini juga dilakukan suatu proses yang dinamakan sentrifugasi. Proses ini berfungsi untuk memisahkan partikel koloid (s) dari larutannya. Dengan kata lain, proses ini berfungsi untuk memisahkan endapan dari campurannya. Sedangkan penyimpanan tabung pada air es dimaksudkan untuk menyempurnakan pembentukan endapan. Pada suhu yang lebih dingin, kelarutan suatu zat akan mengecil sehingga kemungkinan pembentukan endapan menjadi semakin besar. Oleh karena itu, penyimpanan tabung pada air es ini mampu menyempurnakan pembentukan endapan. Sebab reaksi yang menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlansung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlansung lebih cepat. Pada suhu >60˚C maka enzim akan rusak dan denaturasi pada suhu <0˚C enzim tidak aktif tetapi tidak rusak secara reversibel. Suhu lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu optimum membuat aktifitas enzim berkurang. Disamping itu enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya denaturasi dapat menaikan kecepatan reaksi. Koefisien suhu suatu reaksi diartikan sebagai kenaikan kecepatan raksi sebagai akibat kenaikan suhu 10˚C. Koefisien suhu ini diberi simbol Q10. Untuk reaksi yang menggunakan enzim Q10 berkisar antara 1,1 hingga 3,0 kali. Larutan tripsin merupakan protein menjadi peptida dan asam amino. Dan kasein merupakan protein khusus berasal dari susu.
Sampel yang diberikan perlakuan metoda anson seharusnya bereaksi membentuk senyawa berwarna biru bening dan mampu dibaca oleh spektrofotometer pada panjang gelombang 650 nm. Namun pada percobaan ini, sampel berubah warna menjadi kuning kehijauan. Oleh karena itu dilakukan rescanning dengan alat UV visible untuk mencari panjang gelombang maksimum dari warna kuning kehijauan tersebut. Dan didapatkan panjang gelombang maksimum pada 400 nm. Semakin banyak kasein yang ditambahkan, maka akan semakin banyak reaksi hidrolisan yang dilakukan enzimnya. Angka ini akan membuat warna kuning kehijauan larutan pada metoda anson menjadi semakin pekat dan enyebabkan nilai absorbansi sampel tersebut semakin besar berdasarkan pembacaan spektrofotometer. Namun pada percobaan yang dilakukan, nilai absorbansinya naik turun sehingga grafik yang terbentuk pun tidak baik. Hal ini kemungkinan terjadi karena terjadi kesalahan pada beberapa tahapan prosedur yang dilakukan.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Hukum_Lambert_BeerAbsorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer,
Keterangan  :
Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)A = Absorban
Kecepatan reaksi kinetika enzim yang paling tinggi terjadi di awal masa inkubasi. Hal ini terjadi karena pada saat itu kondisi enzim masih sangat baik dalam menghidrolisis substratnya. Namun pada grafik percobaan ini, terjadi banyak distorsi dikarenakan dikerjakan oleh 2 kelompok berbeda yang keabsahan pengerjaannya tidak diketahui dengan pasti dan keterbatasan waktu yang ada.
Grafik hubungan V dan S seharusnya terus menaik ke atas hingga dicapai V maksimum, setelah mencapai V maksimum, titik-titik pertemuan antara sumbu x dan sumbu y seharusnya membentuk garis vertikal karena substrat habis dan kecepatan menjadi stabil pada angka itu. Namun pada grafik hasil percobaan, garisnya masih naik dan turun, hal ini terjadi karena beberapa kesalahan ketika percobaan berlangsung.


E. KESIMPULAN:
·         Enzim bekerja dengan menurunkan enegi aktivasi tanpa mengubah keseluruhan perubahan energi bebas reaksi.
·         Fungsi ditambahkan TCA untuk mengnonaktifasikan enzim
·         Larutan buffer posfat berfungsi sebagai larutan penyangga yang mempertahankan pH larutan tetap berada pada pH 8, yaitu pH yang optimum untuk aktivitas enzim dalam bereaksi dengan substrat.
·         Ketika semua enzim berada dalam keadaan ES (jenuh oleh substrat), laju reaksi mencapai nilai maksimum pada kecepatan absorban per detik.
·         Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi optimum suatu enzim diantaranya adalah derajat keasaman (pH), suhu inkubasi, dan ada tidaknya inhibitor.
·         V maksimum didapat sebesar 0,0118 dan Km didapat sebesar -0,0405


F. DAFTAR PUSTAKA:
·         Poedjiadi, anna dan Suprianti, Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas
Indonesia: Jakarta
·         Wirahadikusummah, M., 1985. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
ITB: Bandung
·         http://josuasilitonga.wordpress.com/2010/10/07/enzim/ (12-12-2010)
·         http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/
(12-12-2010)
·         http://www.sigmaaldrich.com/life-science/metabolomics/enzymeexplorer/
analytical-enzymes/trypsin/trypsin-inhibitors.html (12-12-2010)


LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Reaksi Uji Protein


PERCOBAAN II
REAKSI UJI PROTEIN

A. TUJUAN  :
            Diharapkan dapat memahami metode identifikasi protein secara kualitatif

B. PRINSIF DASAR            :
Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti “yang paling utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 26%, dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%. Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein.




Terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen.
Protein dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak.
Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsif :
·         Uji Biuret        : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²‡ dengan gugus –CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
·         Pengendapan dengan logam   : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat.
·         Pengendapan dengan garam   : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat
·         Pengendapan dengan alcohol             : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alcohol
·         Uji koagulasi   : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan.
·         Denaturasi protein       : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.

C. ALAT DAN BAHAN
  1. UJI BURET
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Natrium hidroksida 2,5 N
              2. pipet tetes                                        2. larutan protein (gelatin dan
              3. gelas ukur                                            albumin)
                                                                                      3. larutan tembaga sulfat
      (CuSO4) 0,01 M

  1. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. larutan protein (gelatin dan
              2. pipet tetes                                            albumin)
              3. gelas ukur                                        2. Merkuri (III) klorida (HgCl2)
                                                                              0,02 M
                                                                          3. Timbal asetat 0,2 M
  1. PENGENDAPAN DENGAN GARAM
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Larutan protein (gelatin dan 
              2. pipet tetes                                            albumin)
              3. batang pengaduk                             2. larutan jenuh (NH4)2 SO4
              4. kertas saring                                    3. reagen millon
              5. gelas ukur                                        4. reagen uji Buret

  1. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Larutan albumin
              2. pipet tetes                                        2. Buffer asetat 5 M
              3. gelas ukur                                        3. Asam klorida 0,1 M
                                                                          4. Natrium hidroksida 0,1 M
                                                                          5. Etil alcohol 95 %

  1. UJI KOAGULASI
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Asam asetat 1 M
              2. pipet tetes                                        2. larutan protein (gelatin dan
              3. gelas ukur                                            albumin)
              4. stopwatch                                        3. Reagen Millon
              5. batang pengaduk                             4. air

  1. DENATURASI PROTEIN
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Larutan albumin
              2. pipet tetes                                        2. Buffer asetat pH 4,7 (1 M)
              3. gelas ukur                                        3. HCl 0,1 M
              4. stopwatch                                        4. NaOH 0,1 M
              5. thermometer
              6. pH meter






D. CARA KERJA / PROSEDUR
1. UJI BIUREText Box: 3 ml larutan protein (gelatin & albumin) pada tabung reaksiT



2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
 





Diulangi percobaan dengan melakukan Pb asetat 0,2 M
 


3.  PENGENDAPAN DENGAN GARAM
 























4. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Disiapkan 3 tabung reaksi
 

Tabung
1
2
3
Larutan albumin
5 ml
5 ml
5 ml
Buffer asetat pH 4,7 (5M)
1 ml
-
-
HCL 0,1 M
-
1 ml
-
NaOH 0,1 M
-
-
1 ml
Etil alcohol 95 %
6 ml
6 ml
6 ml


5. UJI KOAGULASI
 




 














6. DENATURASI PROTEIN
 



Tabung
1
2
3
Larutan albumin
9 ml
9 ml
9 ml
Buffer asetat pH 4,7 (5M)
-
-
1 ml
HCL 0,1 M
1 ml
-
-
NaOH 0,1 M
-
1 ml
-
















E. HASIL PENGAMATAN
1. UJI BIURET
3 ml larutan protein (gelatin & albumin) pada tabung reaksi, sebelumnya gelatin berwarna kuning agak jernih sedangkan warna albumin (putih telur)  putih bening kental, lalu ditambahkan dengan 1 ml natrium hidroksida 2,5 N pada larutan protein tersebut (gelatin & albumin) dengan dikocok. Dan setelah ditambahkan 1 ml natrium hidroksida 2,5 N pada larutan gelatin tidak terjadi apa-apa, sedangkan pada larutan albummin (putih telur) terdapat endapan. Kemudian pada larutan protein (gelatin & albumin)  tersebut juga ditambahkan setetes larutan tembaga sulfat 0,01 M yang diaduk, ditambahkan larutan tembaga sulfat 0,01 M setetes demi tetes samapi timbul warna pada larutan protein tersebut (gelatin & albumin). Kemudian setelah ditambahkan tembaga sulfat 0,01 M pada larutan protein (gelatin & albumin), warna larutan albumin berubah menjadi ungu tetapi tetap terdapat endapan, sedangkan pada larutan gelatin menjadi tetap berwarna kuning tetapi agak lebih jernih dan tidak terdapat endapan.

       2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
2 tabung reaksi yang berisi larutan albumin, masing-masing sebanyak 3 ml. Pada kedua tabung yang berisi larutan albumin tersebut ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M pada tabung pertama, sedangkan pada tabung kedua ditambahkan 5 tetes Pb asetat 0,2 M, saat penambahan larutan HgCl2 dan Pb asetat pada kedua larutan albumin tersebut secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi. Saat penambahan larutan HgCl2 dan Pb asteat pada kedua larutan albumin, yang lebih cepat bereaksi adalah larutan albumin yang ditambahkan HgCl2. Sedangkan warna pada larutan albumin setelah ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M menjadi putih yang mulanya albumin berwarna putih bening kental sebelum ditambahkan larutan HgCl2. Dan pada larutan albumin setelah ditambahkan Pb asetat 0,2 M menjadi berwarna putih keruh, yang mulanya albumin berwarna putih bening kental sebelum ditambahkan larutan Pb asetat 0,2 M.
2 tabung reaksi yang berisi larutan gelatin, masing-masing sebanyak 3 ml. Pada kedua tabung yang berisi larutan gelatin tersebut ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M pada tabung pertama, sedangkan pada tabung kedua ditambahkan 5 tetes Pb asetat 0,2 M, saat penambahan larutan HgCl2 dan Pb asetat pada kedua larutan gelatin tersebut secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi. Saat penambahan larutan HgCl2 dan Pb asteat pada kedua larutan gelatin, yang lebih cepat bereaksi adalah larutan gelatin yang ditambahkan HgCl2. Sedangkan warna pada larutan gelatin setelah ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M menjadi bening yang mulanya gelatin berwarna kuning bening sebelum ditambahkan larutan HgCl2. Dan pada larutan gelatin setelah ditambahkan Pb asetat 0,2 M menjadi berwarna bening juga, yang mulanya gelatin berwarna kuning bening sebelum ditambahkan larutan Pb asetat 0,2 M.

        3. PENGENDAPAN DENGAN GARAM
5 ml larutan protein (gelatin & albumin) dijenuhkan dengan ammonium sulfat, dengan cara : larutan protein (gelatin & albumin) ditambahkan sedikit garam kedalam larutan tersebut dan diaduk, kemudian ditambahkan juga sedikit ammonium sulfat dan diaduk lagi. Setelah ditambahkan garam dan ammonium sulfat pada larutan gelatin terdapat 2 lapis larutan pada tabung reaksi yaitu pada lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan warna larutan gelatin sebelumnya berwarna kuning bening.
Dan sedangkan pada larutan albumin setelah ditambahkan garam dan ammonium sulfat terdapat 3 lapis pada larutan, yaitu pada lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah terdapat endapan putih keruh, dan pada lapisan bawah terdapat endapan putih. Yang sebelumnya larutan albumin berwarna putih bening kental.
Pada kedua larutan protein (gelatin & albumin) yang sudah jenuh setelah  ditambahkan garam dan ammonium sulfat kemudian disaring dengan kertas saring. Hasil saring yang berupa endapan putih dari larutan gelatin yang ditambahkan dengan garam dan ammonium sulfat tersebut kemudian ditambahkan dengan reagen millon, dan hasil yang didapat yaitu larutan berwarna kuning dan didalamnya terdapat gelembung yang naik keatas,  serta diatasnya juga terdapat busa. Sedangkan pada uji endapan dari larutan gelatin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengan difiltrat yang ditambahkan dengan NaOH yaitu hasil yang didapat adalah warna keruh pada larutan (belum larut) kemudian ditambahkan juga dengan CuSO4, larutan menjadi larut. Sedangkan pada uji endapan dari larutan gelatin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengana air yaitu menjadi larut.
Hasil saring yang berupa endapan putih dari larutan albumin yang ditambahkan dengan garam dan ammonium sulfat tersebut kemudian ditambahkan dengan reagen millon, dan hasil yang didapat yaitu endapan tidak larut dalam reagen millon, dan warna endapannya adalah orange muda. Sedangkan pada uji endapan dari larutan albumin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengan difiltrat yang ditambahkan dengan NaOH yaitu hasil yang didapat adalah warna larutan lebih jernih, kemudian ditambahkan juga dengan CuSO4, larutan menjadi berwarna biru jernih. Sedangkan pada uji endapan dari larutan albumin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengana air yaitu menjadi larut.

        4. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Disiapkan 3 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan larutan albumin sebanyak 5 ml, pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer aetat pH 4,7 (5 M) sebanyak 1 ml, setelah ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) pada larutan albumin tidak reaksi apa-apa pada lerutan, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan juga larutan etil alkohl 95 % sebanyak 6 ml, dan reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 3 lapisan pada larutan yaitu pada lapisan atas berwarna jernih, lapisan tengah berwarna putih keruh, dan lapisan bawah berwarna keruh.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M 1 ml, reaksi yang di dapat setelah penambahan HCl pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga ditambahkan larutan etil alcohol 95 % sebanyak 6 ml, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah warna larutan putih keruh dan terdapat 2 cincin putih ditenggah-tengah larutan, cincin pertama agak lebih tipis sedangkan cincin kedua agak lebih putih keruh.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M 1 ml, reaksi yang didapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan larutan etil alcohol 95 % sebanyak 6 ml, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna jernih dan lapisan bawah agak keruh.

        5. UJI KOAGULASI
5 ml larutan protein (albumin) didalam tabung reaksi, kemudian ditamahkan 2 tetes asam asetat 1 M dan dipanaskan selama 5 menit, terjadi reaksi pada larutan albumin yang ditambahkan asam asetat yaitu seluruh larutan setelah dipanaskan menjadi endapan putih susu. Kemudian endapan tersebut ada  yang ditambahkan dengan air ada juga yang ditambahkan dengan reagen millon. Pada endapan yang ditambahkan dengan air terjadi reaksi pada larutan yaitu terjadi 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan pada endapan yang ditambahkan reagen millon terjadi reaksi pada larutan yaitu larutan berwarna bening tetapi terdapat gumpalan berwarna merah pada tengah-tengah larutan.

        6. DENATURASI PROTEIN
Disiapkan 3 tabung rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing sebanyak 9 ml, pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml, setelah ditambahkan HCl 0,1 M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanakan selama 15 menit, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) 10 ml, dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih padat.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M 1 ml, reaksi yang di dapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama 15 menit, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) 10 ml dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Pada larutan ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang pertama.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,5 (5 M) 1 ml, reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di panaskan selama 15 menit dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh bagian larutan berwarna putih susu padat.


F. PEMBAHASAN
       1. UJI BIURET
Larutan yang digunakan pada reaksi uji protein, terutama pada uji biuret adalah albumin dan gelatin. Albumin didapat dari larutan putih telur, telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Nilai gizi telur sangat lengkap, yeitu merupakan sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, sehingga dari tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan asam amino proteinnya sangat lengkap. Telur kaya fosfor dan besi, tetapi kandungan kalsiumnya rendah. Selain itu telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin dan D.
Sedangkan pada protein (gelatin) biasanya diperoleh dari bahan yang kaya akan kolagen seperti tulang sapi dan dimanfaatkan sebagai cangkang kapsul, sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, pengikat air, pelapis tipis, dan pemerkaya gizi. Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan.
Pada percobaan biuret ini yaitu yang pertama larutan protein (gelatin & albumin) ditambahkan larutan natrium hidroksida 2,5 N yang kemudian diaduk. Setelah ditambahkan natrium hidroksida 2,5 N pada gelatin yaitu tidak terjadi reaksi apa-apa tetap berwarna kuning bening, sedangkan pada albumin terdapat endapan putih di dalam larutan, yang mulanya albumin berwarna putih kental. Penambahan larutan natrium hidroksida pada larutan protein tersebut yaitu sebagai katalis yang berfungsi untuk menghancurkan atau memecahkan protein. Kemudian ditambahkan juga dengan larutan tembaga sulfat pada masing-masing larutan protein tersebut (gelatin & albumin), tidak terjadi perubahan warna pada larutan gelatin setelah ditambahkan larutan tembaga sulfat yaitu warna larutannya tetap berwarna kuning benih, hanya lebih agak bening dari larutan semula. Padahal untuk membuktikan reaksi positif adanya peptida (penyusun protein) akan terbentunya warna ungu saat ditambahkan larutan tembaga sulfat pada larutan, hal ini bisa disimpulkan bahwa larutan gelatin tersebut tidak mengandung peptida, atau mungkin juga ada kesalahan teknis saat percobaan, sehingga larutan tidak berwarna ungu.
Sedangkan terjadi perubahan warna pada larutan albumin setelah ditambahkan tembaga sulfat dan dikocok yaitu warna larutan menjadi berwarna ungu dan warna ungu tetap tidak hilang walaupun ditambahkan larutan tembaga sulfat setetes demi tetes dan kemudian di kocok, serta masih terdapat endapan putih, yang mulanya larutan tersebut berwarna putih terdapat endapan. Untuk membuktikan adanya peptida pada protein (albumin), yaitu dengan penambahan larutan tembaga sulfat pada larutan albumin, larutan tembaga sulfat yang bersifat basa bereaksi dengan polipeptida, sedangkan polipeptida merupakan penyususn protein. Yang menandakan positif adanya protein yaitu terdapat ikatan peptida lebih banyak, dapat dibuktikan saat penambahan larutan tembaga sulfat setetes demi tetes dan dikocok larutan tetap berwarna ungu, hal ini menandakan bahwa ikatan peptidanya kuat, karena apabila ikatan peptinya lemah, saat larutan protein ditambahkan tembaga sulfat yaitu warna ungunya akan memudar saat dikocok.
Reaksi uji biuret ini memberikan hasil yang positif akibat pembentukan senya kompleks Cu 2+ gugus CO dan NH dari suatu rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dari asam-asam amino histidin, serin, dan treonin tidak memberikan reaksi untuk uji biuret. Pada percoban larutan sampel yang memberikan hasil uji positif adalah albumin.

        2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
Pada percobaan pengendapan dengan logam, yaitu 2 tabung yang berisi larutan gelatin, tabung pertama ditambahkan HgCl2 dan tabung kedua ditambahkan PbSO4, penambahan larutan HgCl2 dan PbSO4 pada larutan gelatin secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi, dan yang lebih bereaksi adalah larutan gelatin yang ditambahkan HgCl2. warna gelatin yang ditambahkan HgCl2 yaitu bening, sedangkan pada gelatin yang ditambahkan PbSO4 juga bening. Warna semula laruta gelatin yaitu kuning bening.
Selain larutan gelatin, larutan protein (albumin) juga diperlakukan percoban yang sama seperti pada larutan gelatin, yaitu 2 tabung yang berisi larutan albumin, pada tabung pertama ditambahkan HgCl2 dan tabung kedua ditambahkan PbSO4, penambahan larutan HgCl2 dan PbSO4 pada larutan albumin secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi, dan yang lebih bereaksi adalah larutan albumin yang ditambahkan HgCl2. warna albumin yang ditambahkan HgCl2 yaitu putih, sedangkan pada albumin yang ditambahkan PbSO4 berwarna putih keruh. Warna semula laruta albumin yaitu putih kental.
Dari percobaan diatas, masing-masing larutan protein (albumin & gelatin) yang ditambahkan HgSO4 lebih cepat bereaksi dibandingkan PbSO4. Larutan protein yang ditambahkan HgSO4 lebih cepat bereaksi karena apabila protein direaksikan dengan logam akan terjadi ikatan lebih kuat dan itu yang menyebabkan terjadi reaksi lebih cepat, sehingga akan mempengaruhi logam berat terhadap larutan protein. Dan hal ini juga  terjadi karena tetapan disosiasi HgCl2 lebih besar daripada PbSO4.  Pada saat ditambahkan ke dalam larutan protein, HgCl2 akan terionisasi dan lebih banyak dalam bentuk Hg2+ sehingga protein lebih cepat bereaksi dengan Hg2+ tersebut dan menghasilkan endapan dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang pengendapan oleh logam PbSO4 yang memiliki tetapan disosiasi lebih kecil dari Hg.
Ikatan yang amat kuat dari reaksi protein yang ditambahkan dengan HgCl2 akan memutuskan ikatan jembatan garam, sehingga akan terjadi denaturasi, secara bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang terdapat pada protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan dapat membentuk senyawa kelat. Ion-ion yang dapat membentuk endapan logam dengan protein antara lain adalah Ag, Ca, Zn, Hg, Fe, Cu, Co, Mn, dan Pb. Selain gugus –COOH dan gugus –NH2, gugus –R pada molekul asam amino tertentu dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain. Gugus –SH pada molekul akan bereaksi dengan dengan ion Hg. Jumlah endapan yang dihasilakan dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang ditambahkan. Logam Hg lebih reaktif daripada logam Pb karena merupakan logam transisi pada sistem periodik.

        3. PENGENDAPAN DENGAN GARAM
Yang dilakukan pada percobaan ini adalah protein (gelatin & albumin) dijenuhkan dengan amonium sulfat. Dengan cara ditambahkan logam, diaduk sampai larut, ditambahkan amonium sulfat dan juga diaduk lagi sehingga tertinggal sedikit garam. Pada larutan gelatin setelah ditambahan amonium sulfat ini terjadi 2 palisan pada larutan, lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan pada larutan gelatin setelah ditambahkan amonium sulfat terdapat 3 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah berwarna putih keruh, dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Tujuan dilakukan percobaan ini adalah mengetahui sifat garam pada pengaruh larutan protein amonium sulfat (garam anorganik).
Pada masing-masing larutan protein tersebut (gelatin & albumin) terdapat endapan putih dilapisan bawah, endapan putih itu adalah endapan garam yang tidak larut akibat ditambahkan dengan ammonium sulfat, peristiwa pemisahan protein ini disebut salting out. Hal ini terjadi karena ammonium sulfat memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi daripada protein. Sehingga pada saat penambahan ammonium sulfat, ammounium sulfat akan melarut dalam air/pelarutnya dan mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk solidnya sehingga terbentuklah protein yang terendapkan. Dan endapan putih tersebut juga di saring menggunakan kertas saring, kemudian masing-masing hasil saring dari protein tersebut (gelatin & albumin) dilarutkan menggunakan air, dilarutkan menggunakan reagen Millon, dan difiltrat juga dengan uji biuret. Pada endapan garam yang dilarutkan dengan air yaitu semua endapan larut, karena sifat garam yang hidrofobik, jadi saat garam dilarutkan pada air, garam akan menyerap air sehingga garam mudah larut dalam air. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk mengdehidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang.
Pada hasil endapan albumin yang ditambahkan amonium sulfat dilarutkan dengan reagen millon yaitu endapan tidak larut pada reagen millon dan endapannya berwarna orange, padahal mulanya endapan tersebut berwarna putih. Sedangkan pada endapan putih gelatin yang ditambahkan amonium sulfat dilarutkan dengan reagen millon terjadi reaksi pada larutan, yaitu larutan tersebut berwarna kuning dan didalamnya terdapat gelembung yang naik keatas, serta terdapat busa pula. Prinsif reagen millon itu sendiri bembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa protein albumin mengandung Tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin tidak. Tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya.
Selain dilarutkan dalam air dan reagen millon, hasil endapan protein yang ditambahkan dengan amonium sulfat juga di filtrat dengan ditambahkan NaOH, dan kemudian juga ditambahkan dengan CuSO4. Pada endapan gelatin yang difiltrat dan ditambahkan NaOH, yaitu endapan belum larut dan setelah ditambahkan CuSO4 larutan menjadi bening. Sedangkan pada endapan albumin yang difiltrat dan ditambahkan NaOH, yaitu menjadi larutan jernih dan setelah ditambah CuSO4 larutan berubah menjadi berwarna biru. Warna biru inilah yang menjunjukan bahwa masih ada ikatan peptida dalam larutan, ini berarti juga masih ada protein dalam larutan yang belum terendapkan sempurna dengan penambahan garam amonium sulfat tersebut.

       4. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
3 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan larutan albumin, pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer aetat pH 4,7 (5 M), setelah ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) pada larutan albumin tidak reaksi apa-apa pada lerutan, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan juga larutan etil alkohl 95 %, dan reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 3 lapisan pada larutan yaitu pada lapisan atas berwarna jernih, lapisan tengah berwarna putih keruh, dan lapisan bawah berwarna keruh. Pada pH buffer asetat 4,7 dan pH albumin 4,5-4,8 hal inilah yang membuat ikatannya lebih cepat, sehingga akan membentuk endapan lebih banyak.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, reaksi yang di dapat setelah penambahan HCl pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga ditambahkan larutan etil alcohol 95 %, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah warna larutan putih keruh dan terdapat 2 cincin putih ditenggah-tengah larutan, cincin pertama agak lebih tipis sedangkan cincin kedua agak lebih putih keruh.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang didapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan larutan etil alcohol 95 %, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna jernih dan lapisan bawah agak keruh. Bisa terdapat endapan pada larutan albumin karena terjadi denaturasi.
Tujuan reaksi pengendapan dengan alkohol pada reaksi diatas yaitu untuk mengetahui pengaruh alkohol terhadap larutan protein. Dan berfungsi juga untuk menurunkan konstanta dielektrik pada larutan sehingga gaya tarik-menarik antar molekul jadi semakin kuat. Kemudian alkohol akan mengkondisikan gugus positif pada asam amino untuk bereaksi dengan gugus negatif yang ada dalam larutan, sehingga pada suasana tertentu mampu membentuk endapan. Albumin yang ditambah larutan penyangga (buffer) pH 4,7 paling banyak menghasilkan endapan, hal ini terjadi karena pH tersebut merupakan titik isoelektrik protein sehingga endapan yang terbentuk merupakan jumlah yang paling maksimal. Albumin yang ditambahkan HCl juga menghasilkan endapan, namun dengan kuantitas yang lebih sedikit, ini terjadi karena gugus positif pada protein berikatan dengan gugus Cl- dan gugus negatif yang ada pada larutan sehingga terbentuk endapan pada suasana asam. Sebaliknya, protein tidak terendapkan oleh alkohol pada suasana basa karena pH nya terlampau jauh dari titik isoelektrik protein. Protein juga disebut ampoter karena pada ujung rantai protein terdapat gugus asam amino dan karboksilat, sehingga mudah larut tetapi susah larut dalam lemak.

       5. UJI KOAGULASI
Larutan protein (albumin) didalam tabung reaksi, kemudian ditamahkan asam asetat 1 M dan dipanaskan, terjadi reaksi pada larutan albumin yang ditambahkan asam asetat yaitu seluruh larutan setelah dipanaskan menjadi endapan putih susu. Kemudian endapan tersebut ada  yang ditambahkan dengan air ada juga yang ditambahkan dengan reagen millon. Pada endapan yang ditambahkan dengan air terjadi reaksi pada larutan yaitu terjadi 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan pada endapan yang ditambahkan reagen millon terjadi reaksi pada larutan yaitu larutan berwarna bening tetapi terdapat gumpalan berwarna merah pada tengah-tengah larutan. Uji Koagulasi ini adalah denaturasi protein akibat panas dan alkohol.
Pereaksi millon pada larutan tersbut adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.




       6. DENATURASI PROTEIN
Denaturasi protein dapat diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuarterner molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrifobik, ikatan garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein.  Pada pengujian denaturasi protein ini yaitu
3 tabung rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, setelah ditambahkan HCl 0,1 M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanakan, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M), dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih padat. Pada hal ini terjadi proses denaturasi karena terjadi endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH albumin 4,5 hal inilah yang membuat ikatan lebih cepat, dan membentuk endapan lebih banyak.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang di dapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Pada larutan ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang pertama.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,5 (5 M), reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di panaskan selama dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh bagian larutan berwarna putih susu padat.
Endapan yang paling banyak dihasilkan oleh HCl, dan yang paling sedikit pada NaOH. Buffer asetat menghasilkan endapan karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH albumin yaitu 4,5-4,9. setiap protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif, sedangkan dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada albumin adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan albumin berdenaturasi lebih banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat asam.
Denaturasi protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti ikatan hydrogen, jembatan garam, ikatan disulfide dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses presipitasi dan koagulasi protein seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif . pada titik isolistrik protein mempunyai muatan psitif dan negatif yang sama, sehingg tidak bergerak kearah elektroda positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua elektroda tersebut.


G. KESIMPULAN
·         Pembentukan warna ungu diperoleh dari Cu yang bersifat basa bereaksi dengan polipeptida .
·         pada pengujian buret, pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam, pengendapan dengan alcohol, koagulasi, dan denatursi protein semuanya terdapat endapan
·         pada uji biuter larutan protein albumin yang menunjukan reaksi positif, terlihat dari perubahan warna menjadi ungu. Uji biuret merupakan pengujian umum terhadap kandungan protein, dengan melihat ada dan tidaknya ikatan peptida pada larutan tersebut.
·         Protein terendapkan oleh logam berat seperti Pb dan Hg. Dan yang lebih cepat bereaksi adalah larutan yang ditambahkan Hg, karena tetapan disosiasi HgCl2 lebih besar daripada PbSO4.
·         Albumin yang mempunyai pH 4,5-4,9 yang ditambah larutan penyangga (buffer) pH 4,7 akan banyak menghasilkan endapan, karena pH tersebut merupakan titik isolistrik protein sehingga endapan yang terbentuk merupakan jumlah yang paling maksimal.
·         Protein akan terkoagulasi oleh pemanasan
·         albumin berdenaturasi lebih banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat asam.

H. DAFTAR PUSTAKA
  • Poedjiadi, anna dan Suprianti, Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas
Indonesia: Jakarta
  • Wirahadikusummah, M., 1985. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
ITB: Bandung
  • http://www.scribd.com/doc/29526024/Laporan-BIOKIM-4 (4 - 11 - 2010)
  • http://andiscientist.blogspot.com/2010/08/uji-identifikasi-protein.html
(4 – 11 – 2010)
(4 – 11 – 2010)
(4 – 11 – 2010)
  • http://meboubhbrouk.blogspot.com/2009/10/reaksi-uji-protein.html
                        (4 – 11 – 2010)