Shifietz
Selasa, 20 Maret 2012
Surat untuk presiden
Surat Buat Presidenku
Kepada Yth.
Pak Presiden yang baik,
Di.- Kibetnya
Tentang kenaikan harga minyak, kami mungkin tidak pandai berhitung: Bagaimana sebenarnya harga minyak ditentukan? Bagaimana neraca perekonomian nasional diperlakukan? Atau pertimbangan apa yang dipakai sehingga satu-satunya pilihan untuk ‘menyelamatkan seluruh bangsa’ harus sama dan sebangun dengan menaikkan harga-harga? Bagi kami, angka-angka selalu terdengar sebagai ilusi belaka, Pak. Setiap hari kami mendengar satuan ‘miliar’ atau ‘triliun’ disebutkan dalam berita-berita, tanpa pernah benar-benar melihatnya dalam bentuk yang sesungguhnya apalagi menghitungnya satu per satu.
Hidup kami sederhana, disambung lembaran-lembaran uang recehan. Ilmu hitung kami kelas rendahan: berapa untuk makan sehari-hari, uang jajan anak sekolah, biaya transportasi, biaya listrik bulanan, dan kadang-kadang cicilan motor, dispenser atau DVD player. Tak perlu kalkulator. Bila sedang beruntung, kami bisa punya sisa uang untuk jalan-jalan di akhir pekan. Bila sedang sulit, kami tidak kemana-mana, Pak: Kami mencari kebahagiaan gratisan di televisi meski kadang-kadang justru dibuat pusing dengan berita-berita tentang beberapa anak buah Bapak yang korupsi.
Tahukah Bapak, dalam televisi, juga koran-koran dan majalah: kami seperti tak punya presiden! Kami seperti tak punya pemimpin! Negara ini terlanjur dikuasai para bandit, Pak!
Ah, mungkinkah Bapak tak sempat menonton TV atau membaca koran sehingga Bapak tak mengetahuinya? Tapi, kemana saja sih Bapak selama ini? Mengapa hanya muncul untuk bernyanyi, mengucapkan belasungkawa, atau membacakan pidato-pidato bernada lemah yang berisi kabar buruk, permohonan maaf, dan keprihatinan?
Kami, rakyat biasa, sesekali butuh kabar gembira, Pak! Kadang-kadang kami berkhayal bahwa jangan-jangan kami sedang hidup dalam sinetron? Mungkinkah yang berpidato di televisi itu bukan Bapak tapi kembaran Bapak yang menyamar atau tertukar? Mungkinkah kepala Bapak terbentur batu dan lantas hilang ingatan? Tetapi, tentu saja itu bukan kabar gembira.
Pak Presiden yang baik,
Kelak bila harga BBM naik, dengan gagah dan baik hati konon Bapak akan memberi kami kompensasi: Bapak akan membuat kami mengantre untuk mendapatkan uang bantuan agar kami tak merasa kesulitan. Tapi, pikiran kami sederhana saja, Pak, benarkah Bapak suka melihat kami mengantre panjang-mengular dari Sabang sampai Merauke? Kami tidak suka itu, Pak. Kami tak suka terlihat miskin, apalagi menjadi miskin. Kalau memang Bapak punya uang untuk dibagikan kepada kami, pakailah uang itu, kami rela meminjamkannya untuk menyelamatkan ‘perekonomian nasional’ yang konon sedang gawat itu. Tak perlu naikkan BBM, pakailah uang kami itu: kami rela meminjamkannya untuk menyelamatkan bangsa!
Bila perlu, berdirilah di hadapan kami, katakan apa yang negara perlukan dari kami untuk menyelamatkan kegawatan bencana ekonomi negara ini? Bila Bapak perlu uang, kami akan menjual ayam, sapi, mesin jahit, jam tangan, atau apa saja agar terkumpul sejumlah uang untuk melakukan pembangunan dan penyelamatan perekonomian bangsa. Bila Bapak disandra mafia, pejabat-pejabat yang bangsat, atau pengusaha-pengusaha yang menghisap rakyat, tolong beritahu kami: siapa saja mereka? Kami akan bersatu untuk membantumu melenyapkan mereka. Tentu saja, semoga Anda bukan salah satu bagian dari mereka!
Pak Presiden yang baik,
Dengarkanlah kami, berdirilah untuk kami, berbicaralah atas nama kami, belalah kami: maka kami akan selalu ada, berdiri, bahkan berlari mengorbankan apa saja untuk membelamu. Berhentilah berdiri dan berbicara atas nama sejumlah pihak—membela kepentingan-kepentingan golongan. Berhentilah jadi bagian dari mereka yang akan kami benci sampai mati. Jangan jadi penakut, Pak Presiden, jangan jadi pengecut!
Buanglah kalkulatormu, singkirkan tumpukan kertas di hadapanmu, lupakan bisikan-bisikan penjilat di sekelilingmu ! Lalu dengarkanlah suara kami, tataplah mata kami: tidak pernah ada satupun pemimpin di atas dunia yang sanggup bertahan dalam kekuasaannya jika ia terus-menerus menulikan dirinya dari suara-suara rakyatnya!
Pak Presiden,
Sekali lagi, tentang kenaikan harga minyak, barangkali kami memang tak pandai berhitung. Tapi, sungguh, kami tak perlu menghitung apapun untuk memutuskan mencintai atau membenci sesuatu; termasuk mencintai atau membencimu !
Sabtu, 10 Maret 2012
Shifietz: Jika kau bukan seseorang itu, kenapa jiwaku merasa...
Shifietz: Jika kau bukan seseorang itu, kenapa jiwaku merasa...: Jika kau bukan seseorang itu, kenapa jiwaku merasa gembira hari ini? Jika kau bukan seseorang itu, kenapa tanganku begitu pas dengan tan...
Jumat, 09 Maret 2012
KINETIKA REKASI ENZIM
PERCOBAAB III
KINETIKA REAKSI ENZIM
A. TUJUAN:
Diharapkan dapat memahami kinetika reaksi enzim dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi optimum suatu enzim.
B. TEORI DASAR:
Enzim merupakan protein yang
mengkatalisis reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme
perantara dari sel. Enzim bekerja dengan urutan yang teratur, enzim
mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrient, reaksi
yang menyimpang dan mengubah energi kimiawi dan yang membuat makromolekul sel
dari precursor sederhana. Enzim bekerja dengan menurunkan energi aktivasi suatu
reaksi kimia tanpa mengubah keseluruhan perubahan energi bebas reaksi atau
letak kesetimbangan akhir. Enzim sebagai katalisator menurunkan energy aktivasi
reaksi-reaksi kimia dan meningkatkan fraksi molekul di dalam suatu populasi
molekul tertentu untuk lebih cepat bereaksi per satuan waktu dibandingkan
dengan keadaan tanpa katalisator. Enzim juga bergabung dengan substratnya
selama siklus katalitiknya. Analisis kuantitatif kinetika reaksi enzim dapat
dilakukan dengan dua asas pendekatan yaitu asas keseimbangan menurut
Michaelis-Menten dan asas teori keadaan tunak (steady state theory) menurut Briggs-Haldone.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim adalah konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu,
pengaruh pH, dan pengaruh inhibitor. Pengukuran jumlah enzim berdasarkan
kecepatan reaksi yang dikatalisisnya
Cara : dibandingkan dengan enzim murni yang
diketahui kadarnya. Satuan : µg. Berdasarkan ml jumlah substrat
yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu. Satuan : unit. 1 i.u
: Jumlah enzim yang mengkatalisis pembentukan 1 µ mol produk per menit pada
kondisi 25°C pada keadaan pengukuran optimal. Jumlah substrat yg diubah atau
produk yang dihasilkan per satuan waktu. Aktifitas spesifik adalah jumlah unit
enzim per miligram protein, yang merupakan suatu ukuran kemurnian enzim. Bilangan
putaran suatu enzim adalah jumlah molekul sustrat yang terubah per satuan waktu
oleh suatu molekul enzim (atau oleh satu sisi katalitik), jika konsentrasi
enzim sendiri merupakan faktor pembatas kecepatan reaksi.
Beberapa enzim tidak
memerlukan komponen tambahan untuk mencapai aktivitas penuhnya. Namun beberapa
memerlukan pula molekul non-protein yang disebut kofaktor untuk berikatan
dengan enzim dan menjadi aktif. Kofaktor dapat berupa zat anorganik (contohnya
ion logam) ataupun zat organik (contohnya flavin dan heme). Kofaktor dapat
berupa gugus prostetik yang mengikat dengan kuat, ataupun koenzim,
yang akan melepaskan diri dari tapak aktif enzim semasa reaksi. Enzim yang
memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat dengannya
disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim beserta
dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan kofaktor
tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat. Namun,
gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya tiamina
pirofosfat pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga
dapat digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein
berganda, seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks
lengkap yang mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif.
Enzim
mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada satu reaksi saja. Untuk dapat
bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara
enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada
substrat. Oleh karena itu, tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan
substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan
substrat dinamai bagian aktif. Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian
aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat
mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian
aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat berfungsi terhadap
substrat.
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT : BAHAN :
- Gelas-gelas piala
50 ml dan 10 ml -
Larutan TCA 20%
- Tabung reaksi
- Larutan kasein 2% (b/v)
- Pengaduk gelas
- Larutan dapar fosfat 0,1M pH 8
- Pipet ukur 1 ml, 5
ml dan 10 ml -
Larutan NaOH 0,5 N
- Pipet tetes
- Aquadest
- Water bath 35˚C
- Reagen Folin-Ciocalteu
- Kertas saring
- Larutan tripsin (10 mg tripsin
- Kuvet dalam 25 ml dapar fosfat 0,1 M
- Spektrofotometer/calorimeter pH 8,0).
- Corong kaca.
D. PROSEDUR
PROSEDUR / CARA KERJA
|
HASIL PENGAMATAN
|
Tabung t = 0 menit
5 tabung reaksi berpengaduk
Ditambahkan Buffer pH 8. Pada tabung 1 berisi 5,9 ml, tabung 2 berisi 5,5 ml, tabung 3 berisi 5
ml, tabung 4 berisi 3 ml, dan tabung berisi 1 ml
Ditambahkan tripsin pada semua tabung masing-masing 1 ml
Pada masing-masing tabung ditambahkan 3 ml
larutan TCA 20% dan diaduk perlahan
Diinkubasi selama 30 menit dalam water bath 35˚C
Ditambahkan larutan kasein. Pada tabung 1 berisi 0,1 ml, tabung 2 berisi
0,5 ml, tabung 3 berisi 1 ml, tabung 4 berisi 3 ml, dan tabung 5 berisi 5 ml.
Disentrifuga selama 10 menit, dan kemudian
disaring dengan kertas saring
Difiltrat lebih lanjut dengan metode Anson:
Dicampurkan 2 ml TCA-filtrat diatas dengan 4 ml
NaOH 0,5 M
Ditambahkan 1 ml larutan Folin-Ciocalteu (1
volume reagen ditambah 1 volume aquades sehngga mengandung 1 N asam)
Didiamkan selama
10 menit kemudian tetapkan serapannya pada 650 nm.
Tabung t = 20 menit
5 tabung berpengaduk
Ditambahkan larutan kasein. Pada tabung 1 berisi
0,1 ml, tabung 2 berisi 0,5 ml, tabung 3 berisi 1 ml, tabung 4 berisi 3 ml,
dan tabung 5 brisi 5 ml.
Diinkubasi didalam water bath 35˚ C selama 5
menit, sambil terus diaduk perlahan (jangan sampai berbusa)
Ditambahkan berturut-turut larutan buffer fosfat. Pada tabung 1 berisi
5,9 ml, tabung 2 berisi 5,5 ml, tabung 3 berisi 5 ml, tabung 4 berisi 3 ml,
dan tabung 5 berisi 1 ml.
Ditambahkan juga larutan tripsin 1 ml
masing-masing pada setiap tabung
Diinkubasi selama 20 menit dalam inkubator 35˚C
dihitung setelah penambahan tripsin
Rekasi dihentikan dengan
penambahan 3 ml TCA 20% kedalam masing-masing tabung dan diaduk dengan kuat
Didiamkan selama 20 menit dalam air es untuk menyempurnakan pengendapan
Disentrifuga
selama 10 menit, kemudian disaring untuk diambil supernatanya
disaring dengan kertas saring
Difiltrat lebih lanjut dengan metode Anson:
Dicampurkan 2 ml TCA-filtrat diatas dengan 4 ml
NaOH 0,5 M
Ditambahkan 1 ml larutan Folin-Ciocalteu (1
volume reagen ditambah 1 volume aquades sehngga mengandung 1 N asam)
Didiamkan selama
10 menit kemudian tetapkan serapannya pada 650 nm.
|
|
C. PENGOLAHAN
DATA
Perhitungan:
D. PEMBAHASAN:
Pada percobaan ini, data yang diperoleh tersebut yaitu dari tabung satu sampai tabung
lima, larutan berwarna putih keruh yang terbentuk dilapisan atas semakin banyak
dan bagian larutan yang bening semakin sedikit, akibat karena penambahan kasein
dari tabung satu sampai tabung lima semakin banyak
sedangkan larutan Buffer fosfat dari
tabung satu sampai tabung lima semakin sedikit. Dalam hal ini tripsin berperan
sebagai enzim yang akan dianalisis kinetika reaksinya yang mempunyai pH 6-8
sedang kasein berperan sebagai substrat yang akan bereaksi dengan tripsin
(enzim). Yang dimana suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada
substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan
subsrtat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau
tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau
kontak dengan substrat dinamakan sebagai bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif
mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian
aktif suatu enzim. Dalam hal ini tidak dapat berfungsi
terhadap substrat. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat
menyebabkan terjadinya kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan akan
terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi. Bila konsentrasi
substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim
pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kompleks enzim
substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi.
Namun dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi susbstrat tidak
menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga
jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar. Dan Larutan buffer posfat
berfungsi sebagai larutan penyangga yang mempertahankan pH larutan tetap berada
pada pH 8, yaitu pH yang optimum untuk aktivitas enzim dalam bereaksi dengan
substrat. Karena struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat
berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan
pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam
membentuk kompleks enzim substrat. Sedangkan larutan TCA 20% ditambahkan berfungsi
untuk menghentikan jalannya reaksi hidrolisis antara tripsin dan kasein dengan
cara mendenaturasi tripsin sehingga mampu menghentikan reaksi enzimatis karena
sifatnya yang asam. Kemudian dinkubasi pada T = 0 menit selama 30 menit dalam
water bath 35˚C. setelah penambahan larutan TCA 20% pada tabung dimaksudkan
untuk memberikan waktu kepada TCA dalam memutuskan ikatan-ikatan protein pada
enzim (mendenaturasi protein) sehingga enzimnya hancur. Sedang inkubasi pada T
= 20 menit setelah penambahan tripsin dimaksudkan untuk memberikan waktu yang
cukup untuk enzim dalam menghidrolisa substratnya.
Pada percobaan ini juga
dilakukan suatu proses yang dinamakan sentrifugasi. Proses ini berfungsi untuk
memisahkan partikel koloid (s) dari larutannya. Dengan kata lain, proses ini
berfungsi untuk memisahkan endapan dari campurannya. Sedangkan penyimpanan
tabung pada air es dimaksudkan untuk menyempurnakan pembentukan endapan. Pada
suhu yang lebih dingin, kelarutan suatu zat akan mengecil sehingga kemungkinan
pembentukan endapan menjadi semakin besar. Oleh karena itu, penyimpanan tabung
pada air es ini mampu menyempurnakan pembentukan endapan. Sebab reaksi yang
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi
kimia berlansung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi
berlansung lebih cepat. Pada suhu >60˚C maka enzim akan rusak dan denaturasi
pada suhu <0˚C enzim tidak aktif tetapi tidak rusak secara reversibel. Suhu
lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu optimum membuat aktifitas enzim
berkurang. Disamping itu enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi denaturasi, maka
bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentasi efektif enzim
menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu
sebelum terjadinya denaturasi dapat menaikan kecepatan reaksi. Koefisien suhu
suatu reaksi diartikan sebagai kenaikan kecepatan raksi sebagai akibat kenaikan
suhu 10˚C. Koefisien suhu ini diberi simbol Q10. Untuk reaksi yang menggunakan enzim Q10 berkisar antara 1,1 hingga 3,0 kali.
Larutan tripsin merupakan protein menjadi peptida dan asam amino. Dan kasein
merupakan protein khusus berasal dari susu.
Sampel yang diberikan
perlakuan metoda anson seharusnya bereaksi membentuk senyawa berwarna biru
bening dan mampu dibaca oleh spektrofotometer pada panjang gelombang 650 nm.
Namun pada percobaan ini, sampel berubah warna menjadi kuning kehijauan. Oleh
karena itu dilakukan rescanning dengan alat UV visible untuk mencari panjang
gelombang maksimum dari warna kuning kehijauan tersebut. Dan didapatkan panjang
gelombang maksimum pada 400 nm. Semakin banyak kasein yang ditambahkan, maka
akan semakin banyak reaksi hidrolisan yang dilakukan enzimnya. Angka ini akan
membuat warna kuning kehijauan larutan pada metoda anson menjadi semakin pekat
dan enyebabkan nilai absorbansi sampel tersebut semakin besar berdasarkan
pembacaan spektrofotometer. Namun pada percobaan yang dilakukan, nilai
absorbansinya naik turun sehingga grafik yang terbentuk pun tidak baik. Hal ini
kemungkinan terjadi karena terjadi kesalahan pada beberapa tahapan prosedur
yang dilakukan.
Spektrofotometri merupakan
suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda.
Keterangan :
Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)A =
Absorban
Kecepatan reaksi kinetika enzim
yang paling tinggi terjadi di awal masa inkubasi. Hal ini terjadi karena pada
saat itu kondisi enzim masih sangat baik dalam menghidrolisis substratnya.
Namun pada grafik percobaan ini, terjadi banyak distorsi dikarenakan dikerjakan
oleh 2 kelompok berbeda yang keabsahan pengerjaannya tidak diketahui dengan
pasti dan keterbatasan waktu yang ada.
Grafik hubungan V dan S
seharusnya terus menaik ke atas hingga dicapai V maksimum, setelah mencapai V
maksimum, titik-titik pertemuan antara sumbu x dan sumbu y seharusnya membentuk
garis vertikal karena substrat habis dan kecepatan menjadi stabil pada angka
itu. Namun pada grafik hasil percobaan, garisnya masih naik dan turun, hal ini
terjadi karena beberapa kesalahan ketika percobaan berlangsung.
E. KESIMPULAN:
·
Enzim
bekerja dengan menurunkan enegi aktivasi tanpa mengubah keseluruhan perubahan
energi bebas reaksi.
·
Fungsi
ditambahkan TCA untuk mengnonaktifasikan enzim
·
Larutan
buffer posfat berfungsi sebagai larutan penyangga yang mempertahankan pH
larutan tetap berada pada pH 8, yaitu pH yang optimum untuk aktivitas enzim
dalam bereaksi dengan substrat.
·
Ketika
semua enzim berada dalam keadaan ES (jenuh oleh substrat), laju
reaksi mencapai nilai maksimum pada kecepatan absorban per detik.
·
Beberapa
faktor yang mempengaruhi kondisi optimum suatu enzim diantaranya adalah derajat
keasaman (pH), suhu inkubasi, dan ada tidaknya inhibitor.
·
V
maksimum didapat sebesar 0,0118 dan Km didapat sebesar -0,0405
F. DAFTAR
PUSTAKA:
·
Poedjiadi,
anna dan Suprianti, Titin. 2009. Dasar-Dasar
Biokimia. Universitas
Indonesia:
Jakarta
·
Wirahadikusummah, M., 1985. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
ITB: Bandung
·
http://josuasilitonga.wordpress.com/2010/10/07/enzim/
(12-12-2010)
·
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/
(12-12-2010)
·
http://www.sigmaaldrich.com/life-science/metabolomics/enzymeexplorer/
analytical-enzymes/trypsin/trypsin-inhibitors.html
(12-12-2010)
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Reaksi Uji Protein
PERCOBAAN II
REAKSI UJI PROTEIN
A. TUJUAN :
Diharapkan dapat memahami metode identifikasi
protein secara kualitatif
B. PRINSIF DASAR :
Protein
berasal dari bahasa Yunani protos,
yang berarti “yang paling utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks
berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%,
oksigen 23%, nitrogen 26%, dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%.
Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia. Proses kimia dalam
tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang
berfungsi sebagai biokatalisator. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir
darah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru
ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein.
Terdapat
ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan
ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein dapat tidak stabil
terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan
detergen.
Protein
dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein
yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari
tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging,
telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan.
Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan
tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping digunakan
untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber
energi apabila tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak.
Uji protein
dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsif
:
·
Uji
Biuret : pembentukan senyawa
kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²‡ dengan gugus –CO dan
–NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
·
Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut antara
protein dan logam berat.
·
Pengendapan dengan garam : pembentukan senyawa tak larut antara protein
dan ammonium sulfat
·
Pengendapan dengan alcohol : pembentukan senyawa tak larut
antara protein dan alcohol
·
Uji
koagulasi : perubahan bentuk yang
ireversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan.
·
Denaturasi
protein : perubahan pada suatu
protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.
C. ALAT DAN BAHAN
- UJI
BURET
Alat : 1.
Tabung reaksi Bahan : 1. Natrium hidroksida 2,5 N
2. pipet tetes 2. larutan protein (gelatin dan
3. gelas ukur albumin)
3. larutan tembaga sulfat
(CuSO4) 0,01
M
- PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
Alat : 1.
Tabung reaksi Bahan : 1. larutan protein (gelatin dan
2. pipet tetes albumin)
3. gelas ukur 2. Merkuri (III) klorida (HgCl2)
0,02 M
3. Timbal asetat 0,2 M
- PENGENDAPAN DENGAN GARAM
Alat : 1.
Tabung reaksi Bahan : 1. Larutan protein (gelatin dan
2. pipet tetes albumin)
3. batang pengaduk 2.
larutan jenuh (NH4)2 SO4
4. kertas saring
3. reagen millon
5. gelas ukur 4. reagen uji Buret
- PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Alat : 1.
Tabung reaksi Bahan : 1. Larutan albumin
2. pipet tetes 2. Buffer asetat 5 M
3. gelas ukur 3. Asam klorida 0,1 M
4. Natrium hidroksida 0,1 M
5. Etil alcohol 95 %
- UJI KOAGULASI
Alat : 1.
Tabung reaksi Bahan : 1. Asam asetat 1 M
2. pipet tetes 2. larutan protein (gelatin dan
3. gelas ukur albumin)
4. stopwatch 3. Reagen Millon
5. batang pengaduk 4.
air
- DENATURASI PROTEIN
Alat : 1.
Tabung reaksi Bahan : 1. Larutan albumin
2. pipet tetes 2. Buffer asetat pH 4,7 (1 M)
3. gelas ukur 3. HCl 0,1 M
4. stopwatch 4. NaOH 0,1 M
5. thermometer
6. pH meter
D. CARA KERJA / PROSEDUR
1. UJI BIURET
2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
|
3. PENGENDAPAN
DENGAN GARAM
4. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
|
Tabung
|
1
|
2
|
3
|
Larutan
albumin
|
5 ml
|
5 ml
|
5 ml
|
Buffer
asetat pH 4,7 (5M)
|
1 ml
|
-
|
-
|
HCL 0,1
M
|
-
|
1 ml
|
-
|
NaOH 0,1
M
|
-
|
-
|
1 ml
|
Etil
alcohol 95 %
|
6 ml
|
6 ml
|
6 ml
|
5. UJI KOAGULASI
6. DENATURASI PROTEIN
Tabung
|
1
|
2
|
3
|
Larutan
albumin
|
9 ml
|
9 ml
|
9 ml
|
Buffer
asetat pH 4,7 (5M)
|
-
|
-
|
1 ml
|
HCL 0,1 M
|
1 ml
|
-
|
-
|
NaOH 0,1
M
|
-
|
1 ml
|
-
|
E. HASIL PENGAMATAN
1. UJI BIURET
3 ml larutan protein (gelatin &
albumin) pada tabung reaksi, sebelumnya gelatin berwarna kuning agak jernih
sedangkan warna albumin (putih telur)
putih bening kental, lalu ditambahkan dengan 1 ml natrium hidroksida 2,5
N pada larutan protein tersebut (gelatin & albumin) dengan dikocok. Dan setelah ditambahkan 1 ml natrium
hidroksida 2,5 N pada larutan gelatin tidak terjadi apa-apa, sedangkan pada
larutan albummin (putih telur) terdapat endapan. Kemudian pada larutan protein
(gelatin & albumin) tersebut juga
ditambahkan setetes larutan tembaga sulfat 0,01 M yang diaduk, ditambahkan
larutan tembaga sulfat 0,01 M setetes demi tetes samapi timbul warna pada
larutan protein tersebut (gelatin & albumin). Kemudian setelah ditambahkan
tembaga sulfat 0,01 M pada larutan protein (gelatin & albumin), warna
larutan albumin berubah menjadi ungu tetapi tetap terdapat endapan, sedangkan
pada larutan gelatin menjadi tetap berwarna kuning tetapi agak lebih jernih dan
tidak terdapat endapan.
2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
2 tabung reaksi yang berisi larutan
albumin, masing-masing sebanyak 3 ml. Pada kedua tabung yang berisi larutan
albumin tersebut ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M pada tabung pertama, sedangkan
pada tabung kedua ditambahkan 5 tetes Pb asetat 0,2 M, saat penambahan larutan
HgCl2 dan Pb asetat pada kedua larutan albumin tersebut secara bersamaan,
supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi. Saat
penambahan larutan HgCl2 dan Pb asteat pada kedua larutan albumin, yang lebih
cepat bereaksi adalah larutan albumin yang ditambahkan HgCl2. Sedangkan warna pada
larutan albumin setelah ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M menjadi putih yang
mulanya albumin berwarna putih bening kental sebelum ditambahkan larutan HgCl2.
Dan pada larutan albumin setelah ditambahkan Pb asetat 0,2 M menjadi berwarna
putih keruh, yang mulanya albumin berwarna putih bening kental sebelum
ditambahkan larutan Pb asetat 0,2 M.
2 tabung reaksi yang berisi larutan
gelatin, masing-masing sebanyak 3 ml. Pada kedua tabung yang berisi larutan
gelatin tersebut ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M pada tabung pertama, sedangkan
pada tabung kedua ditambahkan 5 tetes Pb asetat 0,2 M, saat penambahan larutan
HgCl2 dan Pb asetat pada kedua larutan gelatin tersebut secara bersamaan,
supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi. Saat
penambahan larutan HgCl2 dan Pb asteat pada kedua larutan gelatin, yang lebih
cepat bereaksi adalah larutan gelatin yang ditambahkan HgCl2. Sedangkan warna pada
larutan gelatin setelah ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M menjadi bening yang
mulanya gelatin berwarna kuning bening sebelum ditambahkan larutan HgCl2. Dan
pada larutan gelatin setelah ditambahkan Pb asetat 0,2 M menjadi berwarna
bening juga, yang mulanya gelatin berwarna kuning bening sebelum ditambahkan
larutan Pb asetat 0,2 M.
3. PENGENDAPAN DENGAN
GARAM
5 ml larutan protein (gelatin &
albumin) dijenuhkan dengan ammonium sulfat, dengan cara : larutan protein
(gelatin & albumin) ditambahkan sedikit garam kedalam larutan tersebut dan
diaduk, kemudian ditambahkan juga sedikit ammonium sulfat dan diaduk lagi.
Setelah ditambahkan garam dan ammonium sulfat pada larutan gelatin terdapat 2
lapis larutan pada tabung reaksi yaitu pada lapisan atas berwarna kuning dan
lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan warna larutan gelatin
sebelumnya berwarna kuning bening.
Dan sedangkan pada larutan albumin
setelah ditambahkan garam dan ammonium sulfat terdapat 3 lapis pada larutan,
yaitu pada lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah terdapat endapan putih
keruh, dan pada lapisan bawah terdapat endapan putih. Yang sebelumnya larutan
albumin berwarna putih bening kental.
Pada kedua larutan protein (gelatin
& albumin) yang sudah jenuh setelah
ditambahkan garam dan ammonium sulfat kemudian disaring dengan kertas
saring. Hasil saring yang berupa endapan putih dari larutan gelatin yang
ditambahkan dengan garam dan ammonium sulfat tersebut kemudian ditambahkan
dengan reagen millon, dan hasil yang didapat yaitu larutan berwarna kuning dan
didalamnya terdapat gelembung yang naik keatas,
serta diatasnya juga terdapat busa. Sedangkan pada uji endapan dari
larutan gelatin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengan
difiltrat yang ditambahkan dengan NaOH yaitu hasil yang didapat adalah warna
keruh pada larutan (belum larut) kemudian ditambahkan juga dengan CuSO4,
larutan menjadi larut. Sedangkan pada uji endapan dari larutan gelatin yang
ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengana air yaitu menjadi larut.
Hasil saring yang berupa endapan
putih dari larutan albumin yang ditambahkan dengan garam dan ammonium sulfat
tersebut kemudian ditambahkan dengan reagen millon, dan hasil yang didapat
yaitu endapan tidak larut dalam reagen millon, dan warna endapannya adalah
orange muda. Sedangkan pada uji endapan dari larutan albumin yang ditambahkan
garam dan ammonium sulfat tersebut dengan difiltrat yang ditambahkan dengan
NaOH yaitu hasil yang didapat adalah warna larutan lebih jernih, kemudian
ditambahkan juga dengan CuSO4, larutan menjadi berwarna biru jernih. Sedangkan
pada uji endapan dari larutan albumin yang ditambahkan garam dan ammonium
sulfat tersebut dengana air yaitu menjadi larut.
4. PENGENDAPAN DENGAN
ALKOHOL
Disiapkan 3 tabung reaksi yang masing-masing
diisi dengan larutan albumin sebanyak 5 ml, pada tabung pertama yang berisi
larutan albumin ditambahkan dengan Buffer aetat pH 4,7 (5 M) sebanyak 1 ml,
setelah ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) pada larutan albumin tidak
reaksi apa-apa pada lerutan, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian
pada larutan tersebut ditambahkan juga larutan etil alkohl 95 % sebanyak 6 ml,
dan reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 3 lapisan pada
larutan yaitu pada lapisan atas berwarna jernih, lapisan tengah berwarna putih
keruh, dan lapisan bawah berwarna keruh.
Pada tabung yang kedua berisi larutan
albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M 1 ml, reaksi yang di dapat setelah
penambahan HCl pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian
pada larutan tersebut juga ditambahkan larutan etil alcohol 95 % sebanyak 6 ml,
reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah warna larutan putih keruh dan terdapat
2 cincin putih ditenggah-tengah larutan, cincin pertama agak lebih tipis sedangkan
cincin kedua agak lebih putih keruh.
Pada tabung yang ketiga berisi
larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M 1 ml, reaksi yang didapat setelah
penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu larutan tetap berwarna putih keruh.
Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan larutan etil alcohol 95 % sebanyak 6
ml, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 2 lapisan pada
larutan, lapisan atas berwarna jernih dan lapisan bawah agak keruh.
5. UJI KOAGULASI
5 ml larutan protein (albumin)
didalam tabung reaksi, kemudian ditamahkan 2 tetes asam asetat 1 M dan
dipanaskan selama 5 menit, terjadi reaksi pada larutan albumin yang ditambahkan
asam asetat yaitu seluruh larutan setelah dipanaskan menjadi endapan putih
susu. Kemudian endapan
tersebut ada yang ditambahkan dengan air
ada juga yang ditambahkan dengan reagen millon. Pada endapan yang ditambahkan
dengan air terjadi reaksi pada larutan yaitu terjadi 2 lapisan pada larutan,
lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan
pada endapan yang ditambahkan reagen millon terjadi reaksi pada larutan yaitu
larutan berwarna bening tetapi terdapat gumpalan berwarna merah pada
tengah-tengah larutan.
6. DENATURASI PROTEIN
Disiapkan 3 tabung rekasi yang berisi
larutan albumin masing-masing sebanyak 9 ml, pada tabung pertama yang berisi
larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml, setelah ditambahkan
HCl 0,1 M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh.
Kemudian larutan tersebut dipanakan selama 15 menit, setelah dipanaskan terjadi
reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan
lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu
ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) 10 ml, dan reaksi yang terjadi
yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan
lapisan bawah terdapat endapan putih padat.
Pada tabung yang kedua berisi larutan
albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M 1 ml, reaksi yang di dapat setelah
penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian
larutan tersebut dipanaskan selama 15 menit, setelah dipanaskan terjadi reaksi
yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan
lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan
lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) 10 ml dan reaksi yang terjadi
yaitu terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah
berwarna putih susu. Pada
larutan ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada
tabung yang pertama.
Pada tabung
yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,5 (5
M) 1 ml, reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada
larutan albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga
di panaskan selama 15 menit dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah
seluruh bagian larutan berwarna putih susu padat.
F. PEMBAHASAN
1.
UJI BIURET
Larutan
yang digunakan pada reaksi uji protein, terutama pada uji biuret adalah albumin
dan gelatin. Albumin didapat dari larutan putih telur, telur sebagai sumber protein mempunyai banyak
keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan
makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Nilai gizi telur
sangat lengkap, yeitu merupakan sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%,
sehingga dari tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan
asam amino proteinnya sangat lengkap. Telur kaya fosfor dan besi, tetapi
kandungan kalsiumnya rendah. Selain itu telur juga mengandung vitamin B
kompleks, serta vitamin dan D.
Sedangkan
pada protein (gelatin) biasanya diperoleh dari bahan yang kaya akan kolagen
seperti tulang sapi dan dimanfaatkan sebagai cangkang kapsul, sebagai zat
pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil,
pembentuk busa, pengikat air, pelapis tipis, dan pemerkaya gizi. Gelatin sangat
penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang
tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan
rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8
– 12 % air dan 2 – 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan
tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial
yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan.
Pada
percobaan biuret ini yaitu yang pertama larutan protein (gelatin & albumin)
ditambahkan larutan natrium hidroksida 2,5 N yang kemudian diaduk. Setelah
ditambahkan natrium hidroksida 2,5 N pada gelatin yaitu tidak terjadi reaksi
apa-apa tetap berwarna kuning bening, sedangkan pada albumin terdapat endapan
putih di dalam larutan, yang mulanya albumin berwarna putih kental. Penambahan
larutan natrium hidroksida pada larutan protein tersebut yaitu sebagai katalis
yang berfungsi untuk menghancurkan atau memecahkan protein. Kemudian
ditambahkan juga dengan larutan tembaga sulfat pada masing-masing larutan
protein tersebut (gelatin & albumin), tidak terjadi perubahan warna pada
larutan gelatin setelah ditambahkan larutan tembaga sulfat yaitu warna larutannya
tetap berwarna kuning benih, hanya lebih agak bening dari larutan semula. Padahal
untuk membuktikan reaksi positif adanya peptida (penyusun protein) akan
terbentunya warna ungu saat ditambahkan larutan tembaga sulfat pada larutan,
hal ini bisa disimpulkan bahwa larutan gelatin tersebut tidak mengandung
peptida, atau mungkin juga ada kesalahan teknis saat percobaan, sehingga
larutan tidak berwarna ungu.
Sedangkan
terjadi perubahan warna pada larutan albumin setelah ditambahkan tembaga sulfat
dan dikocok yaitu warna larutan menjadi berwarna ungu dan warna ungu tetap
tidak hilang walaupun ditambahkan larutan tembaga sulfat setetes demi tetes dan
kemudian di kocok, serta masih terdapat endapan putih, yang mulanya larutan
tersebut berwarna putih terdapat endapan. Untuk membuktikan adanya peptida pada
protein (albumin), yaitu dengan penambahan larutan tembaga sulfat pada larutan
albumin, larutan tembaga sulfat yang bersifat basa bereaksi dengan polipeptida,
sedangkan polipeptida merupakan penyususn protein. Yang menandakan positif
adanya protein yaitu terdapat ikatan peptida lebih banyak, dapat dibuktikan
saat penambahan larutan tembaga sulfat setetes demi tetes dan dikocok larutan
tetap berwarna ungu, hal ini menandakan bahwa ikatan peptidanya kuat, karena apabila
ikatan peptinya lemah, saat larutan protein ditambahkan tembaga sulfat yaitu
warna ungunya akan memudar saat dikocok.
Reaksi uji biuret ini memberikan hasil yang positif akibat
pembentukan senya kompleks Cu 2+ gugus CO dan NH dari suatu rantai peptida dalam
suasana basa. Dipeptida dari asam-asam amino histidin, serin,
dan treonin tidak memberikan reaksi untuk uji biuret. Pada percoban larutan
sampel yang memberikan hasil uji positif adalah albumin.
2.
PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
Pada
percobaan pengendapan dengan logam, yaitu 2 tabung yang berisi larutan gelatin,
tabung pertama ditambahkan HgCl2 dan tabung kedua ditambahkan PbSO4, penambahan
larutan HgCl2 dan PbSO4 pada larutan gelatin secara bersamaan, supaya dapat
dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi, dan yang lebih bereaksi
adalah larutan gelatin yang ditambahkan HgCl2. warna gelatin yang ditambahkan
HgCl2 yaitu bening, sedangkan pada gelatin yang ditambahkan PbSO4 juga bening.
Warna semula laruta gelatin yaitu kuning bening.
Selain
larutan gelatin, larutan protein (albumin) juga diperlakukan percoban yang sama
seperti pada larutan gelatin, yaitu 2 tabung yang berisi larutan albumin, pada
tabung pertama ditambahkan HgCl2 dan tabung kedua ditambahkan PbSO4, penambahan
larutan HgCl2 dan PbSO4 pada larutan albumin secara bersamaan, supaya dapat
dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi, dan yang lebih bereaksi
adalah larutan albumin yang ditambahkan HgCl2. warna albumin yang ditambahkan
HgCl2 yaitu putih, sedangkan pada albumin yang ditambahkan PbSO4 berwarna putih
keruh. Warna semula laruta albumin yaitu putih kental.
Dari
percobaan diatas, masing-masing larutan protein (albumin & gelatin) yang
ditambahkan HgSO4 lebih cepat bereaksi dibandingkan PbSO4. Larutan protein yang
ditambahkan HgSO4 lebih cepat bereaksi karena apabila protein direaksikan
dengan logam akan terjadi ikatan lebih kuat dan itu yang menyebabkan terjadi
reaksi lebih cepat, sehingga akan mempengaruhi logam berat terhadap larutan
protein. Dan hal ini
juga terjadi karena tetapan disosiasi
HgCl2 lebih besar daripada PbSO4. Pada saat ditambahkan ke
dalam larutan protein, HgCl2 akan terionisasi dan lebih banyak dalam
bentuk Hg2+ sehingga protein lebih cepat bereaksi dengan Hg2+
tersebut dan menghasilkan endapan dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang
pengendapan oleh logam PbSO4 yang memiliki tetapan disosiasi lebih kecil dari
Hg.
Ikatan yang
amat kuat dari reaksi protein yang ditambahkan dengan HgCl2 akan memutuskan
ikatan jembatan garam, sehingga akan terjadi denaturasi, secara bersama gugus
–COOH dan gugus –NH2 yang terdapat pada protein dapat bereaksi dengan ion logam
berat dan dapat membentuk senyawa kelat. Ion-ion yang dapat membentuk endapan
logam dengan protein antara lain adalah Ag, Ca, Zn, Hg, Fe, Cu, Co, Mn, dan Pb.
Selain gugus –COOH dan gugus –NH2, gugus –R pada molekul asam amino tertentu
dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain. Gugus –SH pada
molekul akan bereaksi dengan dengan ion Hg. Jumlah endapan yang dihasilakan
dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang ditambahkan. Logam Hg lebih
reaktif daripada logam Pb karena merupakan logam transisi pada sistem periodik.
3. PENGENDAPAN
DENGAN GARAM
Yang
dilakukan pada percobaan ini adalah protein (gelatin & albumin) dijenuhkan
dengan amonium sulfat. Dengan cara ditambahkan logam, diaduk sampai larut,
ditambahkan amonium sulfat dan juga diaduk lagi sehingga tertinggal sedikit
garam. Pada larutan gelatin setelah ditambahan amonium sulfat ini terjadi 2
palisan pada larutan, lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah terdapat
endapan putih. Sedangkan pada larutan gelatin setelah ditambahkan amonium
sulfat terdapat 3 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna bening, lapisan
tengah berwarna putih keruh, dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Tujuan
dilakukan percobaan ini adalah mengetahui sifat garam pada pengaruh larutan
protein amonium sulfat (garam anorganik).
Pada
masing-masing larutan protein tersebut (gelatin & albumin) terdapat endapan
putih dilapisan bawah, endapan putih itu adalah endapan garam yang tidak larut
akibat ditambahkan dengan ammonium sulfat, peristiwa pemisahan protein ini
disebut salting out. Hal ini terjadi karena ammonium sulfat memiliki tingkat
kelarutan yang lebih tinggi daripada protein. Sehingga pada saat penambahan
ammonium sulfat, ammounium sulfat akan melarut dalam air/pelarutnya dan
mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk solidnya sehingga terbentuklah
protein yang terendapkan. Dan endapan putih tersebut juga di saring menggunakan
kertas saring, kemudian masing-masing hasil saring dari protein tersebut
(gelatin & albumin) dilarutkan menggunakan air, dilarutkan menggunakan
reagen Millon, dan difiltrat juga dengan uji biuret. Pada endapan garam yang
dilarutkan dengan air yaitu semua endapan larut, karena sifat garam yang
hidrofobik, jadi saat garam dilarutkan pada air, garam akan menyerap air
sehingga garam mudah larut dalam air. Bila garam netral yang ditambahkan
berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi
karena kemampuan ion garam untuk mengdehidrasi, sehingga terjadi kompetisi
antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang
tersedia untuk molekul protein akan berkurang.
Pada hasil
endapan albumin yang ditambahkan amonium sulfat dilarutkan dengan reagen millon
yaitu endapan tidak larut pada reagen millon dan endapannya berwarna orange,
padahal mulanya endapan tersebut berwarna putih. Sedangkan pada endapan putih
gelatin yang ditambahkan amonium sulfat dilarutkan dengan reagen millon terjadi
reaksi pada larutan, yaitu larutan tersebut berwarna kuning dan didalamnya
terdapat gelembung yang naik keatas, serta terdapat busa pula. Prinsif reagen
millon itu sendiri bembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.
Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya,
yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan,
diketahui bahwa protein albumin mengandung Tirosin sebagai salah asam amino
penyusunnya, sedangkan gelatin tidak. Tirosin memiliki molekul fenol pada gugus
R-nya.
Selain
dilarutkan dalam air dan reagen millon, hasil endapan protein yang ditambahkan
dengan amonium sulfat juga di filtrat dengan ditambahkan NaOH, dan kemudian
juga ditambahkan dengan CuSO4. Pada endapan gelatin yang difiltrat dan
ditambahkan NaOH, yaitu endapan belum larut dan setelah ditambahkan CuSO4
larutan menjadi bening. Sedangkan pada endapan albumin yang difiltrat dan
ditambahkan NaOH, yaitu menjadi larutan jernih dan setelah ditambah CuSO4
larutan berubah menjadi berwarna biru. Warna biru inilah yang menjunjukan bahwa
masih ada ikatan peptida dalam larutan, ini berarti juga masih ada protein
dalam larutan yang belum terendapkan sempurna dengan penambahan garam amonium
sulfat tersebut.
4.
PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
3 tabung
reaksi yang masing-masing diisi dengan larutan albumin, pada tabung pertama
yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer aetat pH 4,7 (5 M),
setelah ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) pada larutan albumin tidak
reaksi apa-apa pada lerutan, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian
pada larutan tersebut ditambahkan juga larutan etil alkohl 95 %, dan reaksi
yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 3 lapisan pada larutan yaitu
pada lapisan atas berwarna jernih, lapisan tengah berwarna putih keruh, dan
lapisan bawah berwarna keruh. Pada pH buffer asetat 4,7 dan pH albumin 4,5-4,8
hal inilah yang membuat ikatannya lebih cepat, sehingga akan membentuk endapan
lebih banyak.
Pada tabung
yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, reaksi yang di
dapat setelah penambahan HCl pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih
keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga ditambahkan larutan etil alcohol 95
%, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah warna larutan putih keruh
dan terdapat 2 cincin putih ditenggah-tengah larutan, cincin pertama agak lebih
tipis sedangkan cincin kedua agak lebih putih keruh.
Pada tabung
yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang
didapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu larutan tetap
berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan larutan etil
alcohol 95 %, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 2
lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna jernih dan lapisan bawah agak
keruh. Bisa terdapat endapan pada larutan albumin karena terjadi denaturasi.
Tujuan
reaksi pengendapan dengan alkohol pada reaksi diatas yaitu untuk mengetahui
pengaruh alkohol terhadap larutan protein. Dan berfungsi juga untuk menurunkan
konstanta dielektrik pada larutan sehingga gaya tarik-menarik antar molekul
jadi semakin kuat. Kemudian alkohol akan mengkondisikan gugus positif pada asam
amino untuk bereaksi dengan gugus negatif yang ada dalam larutan, sehingga pada
suasana tertentu mampu membentuk endapan. Albumin yang ditambah larutan
penyangga (buffer) pH 4,7 paling banyak menghasilkan endapan, hal ini terjadi
karena pH tersebut merupakan titik isoelektrik protein sehingga endapan yang
terbentuk merupakan jumlah yang paling maksimal. Albumin yang ditambahkan HCl
juga menghasilkan endapan, namun dengan kuantitas yang lebih sedikit, ini
terjadi karena gugus positif pada protein berikatan dengan gugus Cl-
dan gugus negatif yang ada pada larutan sehingga terbentuk endapan pada suasana
asam. Sebaliknya, protein tidak terendapkan oleh alkohol pada suasana basa
karena pH nya terlampau jauh dari titik isoelektrik protein. Protein juga
disebut ampoter karena pada ujung rantai protein terdapat gugus asam amino dan
karboksilat, sehingga mudah larut tetapi susah larut dalam lemak.
5.
UJI KOAGULASI
Larutan
protein (albumin) didalam tabung reaksi, kemudian ditamahkan asam asetat 1 M
dan dipanaskan, terjadi reaksi pada larutan albumin yang ditambahkan asam
asetat yaitu seluruh larutan setelah dipanaskan menjadi endapan putih susu.
Kemudian endapan tersebut ada yang
ditambahkan dengan air ada juga yang ditambahkan dengan reagen millon. Pada
endapan yang ditambahkan dengan air terjadi reaksi pada larutan yaitu terjadi 2
lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah terdapat
endapan putih. Sedangkan pada endapan yang ditambahkan reagen millon terjadi reaksi
pada larutan yaitu larutan berwarna bening tetapi terdapat gumpalan berwarna
merah pada tengah-tengah larutan. Uji Koagulasi ini adalah denaturasi protein
akibat panas dan alkohol.
Pereaksi
millon pada larutan tersbut adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam
asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan.
Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa
merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung
tirosin akan memberikan hasil positif.
6.
DENATURASI PROTEIN
Denaturasi
protein dapat diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur sekunder,
tersier, dan kuarterner molekul protein tanpa terjadinya pemecahan
ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen,
interaksi hidrifobik, ikatan garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein. Pada pengujian denaturasi protein ini yaitu
3 tabung
rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing pada tabung pertama yang
berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, setelah ditambahkan HCl
0,1 M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian
larutan tersebut dipanakan, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada
larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah
berwarna putih susu. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan
dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M), dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2
lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah
terdapat endapan putih padat. Pada hal ini terjadi proses denaturasi karena
terjadi endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH albumin 4,5
hal inilah yang membuat ikatan lebih cepat, dan membentuk endapan lebih banyak.
Pada tabung yang kedua berisi larutan
albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang di dapat setelah penambahan
NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian larutan
tersebut dipanaskan selama, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada
larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan lapisan
bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu
ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) dan reaksi yang terjadi yaitu
terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna
putih susu. Pada larutan ini
juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang
pertama.
Pada tabung
yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,5 (5
M), reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan
albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di
panaskan selama dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh
bagian larutan berwarna putih susu padat.
Endapan yang paling banyak dihasilkan
oleh HCl, dan yang paling sedikit pada NaOH. Buffer asetat menghasilkan endapan
karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH albumin yaitu 4,5-4,9. setiap
protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting
karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH
isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif, sedangkan
dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada
albumin adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan albumin berdenaturasi lebih
banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat
asam.
Denaturasi
protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur
sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat
empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti ikatan hydrogen,
jembatan garam, ikatan disulfide dan interaksi hidrofobik non polar, yang
kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses
presipitasi dan koagulasi protein seperti asam amino, protein yang larut dalam
air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana
asam molekul protein akan membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana
basa akan membentuk ion negatif . pada titik isolistrik protein mempunyai
muatan psitif dan negatif yang sama, sehingg tidak bergerak kearah elektroda
positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua elektroda tersebut.
G. KESIMPULAN
·
Pembentukan
warna ungu diperoleh dari Cu yang bersifat basa bereaksi dengan polipeptida .
·
pada
pengujian buret, pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam,
pengendapan dengan alcohol, koagulasi, dan denatursi protein semuanya terdapat endapan
·
pada
uji biuter larutan protein albumin yang menunjukan reaksi positif, terlihat
dari perubahan warna menjadi ungu. Uji biuret merupakan pengujian umum terhadap
kandungan protein, dengan melihat ada dan tidaknya ikatan peptida pada larutan
tersebut.
·
Protein terendapkan oleh logam
berat seperti Pb dan Hg. Dan yang lebih cepat bereaksi adalah larutan yang
ditambahkan Hg, karena tetapan disosiasi HgCl2 lebih besar daripada
PbSO4.
·
Albumin yang mempunyai pH
4,5-4,9 yang ditambah larutan penyangga (buffer) pH 4,7 akan banyak
menghasilkan endapan, karena pH tersebut merupakan titik isolistrik protein
sehingga endapan yang terbentuk merupakan jumlah yang paling maksimal.
·
Protein akan terkoagulasi oleh
pemanasan
·
albumin berdenaturasi lebih
banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat
asam.
H. DAFTAR PUSTAKA
- Poedjiadi, anna dan Suprianti,
Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas
Indonesia: Jakarta
- Wirahadikusummah, M., 1985. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
ITB: Bandung
- http://www.scribd.com/doc/29526024/Laporan-BIOKIM-4 (4 - 11 - 2010)
- http://andiscientist.blogspot.com/2010/08/uji-identifikasi-protein.html
(4 – 11 – 2010)
(4 – 11 – 2010)
(4 – 11 – 2010)
- http://meboubhbrouk.blogspot.com/2009/10/reaksi-uji-protein.html
(4 – 11 – 2010)
Langganan:
Postingan (Atom)