PERCOBAAB III
KINETIKA REAKSI ENZIM
A. TUJUAN:
Diharapkan dapat memahami kinetika reaksi enzim dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi optimum suatu enzim.
B. TEORI DASAR:
Enzim merupakan protein yang
mengkatalisis reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolisme
perantara dari sel. Enzim bekerja dengan urutan yang teratur, enzim
mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrient, reaksi
yang menyimpang dan mengubah energi kimiawi dan yang membuat makromolekul sel
dari precursor sederhana. Enzim bekerja dengan menurunkan energi aktivasi suatu
reaksi kimia tanpa mengubah keseluruhan perubahan energi bebas reaksi atau
letak kesetimbangan akhir. Enzim sebagai katalisator menurunkan energy aktivasi
reaksi-reaksi kimia dan meningkatkan fraksi molekul di dalam suatu populasi
molekul tertentu untuk lebih cepat bereaksi per satuan waktu dibandingkan
dengan keadaan tanpa katalisator. Enzim juga bergabung dengan substratnya
selama siklus katalitiknya. Analisis kuantitatif kinetika reaksi enzim dapat
dilakukan dengan dua asas pendekatan yaitu asas keseimbangan menurut
Michaelis-Menten dan asas teori keadaan tunak (steady state theory) menurut Briggs-Haldone.


Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim adalah konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu,
pengaruh pH, dan pengaruh inhibitor. Pengukuran jumlah enzim berdasarkan
kecepatan reaksi yang dikatalisisnya
Cara : dibandingkan dengan enzim murni yang
diketahui kadarnya. Satuan : µg. Berdasarkan ml jumlah substrat
yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu. Satuan : unit. 1 i.u
: Jumlah enzim yang mengkatalisis pembentukan 1 µ mol produk per menit pada
kondisi 25°C pada keadaan pengukuran optimal. Jumlah substrat yg diubah atau
produk yang dihasilkan per satuan waktu. Aktifitas spesifik adalah jumlah unit
enzim per miligram protein, yang merupakan suatu ukuran kemurnian enzim. Bilangan
putaran suatu enzim adalah jumlah molekul sustrat yang terubah per satuan waktu
oleh suatu molekul enzim (atau oleh satu sisi katalitik), jika konsentrasi
enzim sendiri merupakan faktor pembatas kecepatan reaksi.
Beberapa enzim tidak
memerlukan komponen tambahan untuk mencapai aktivitas penuhnya. Namun beberapa
memerlukan pula molekul non-protein yang disebut kofaktor untuk berikatan
dengan enzim dan menjadi aktif. Kofaktor dapat berupa zat anorganik (contohnya
ion logam) ataupun zat organik (contohnya flavin dan heme). Kofaktor dapat
berupa gugus prostetik yang mengikat dengan kuat, ataupun koenzim,
yang akan melepaskan diri dari tapak aktif enzim semasa reaksi. Enzim yang
memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat dengannya
disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim beserta
dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan kofaktor
tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat. Namun,
gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya tiamina
pirofosfat pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga
dapat digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein
berganda, seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks
lengkap yang mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif.
Enzim
mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada satu reaksi saja. Untuk dapat
bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara
enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada
substrat. Oleh karena itu, tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan
substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan
substrat dinamai bagian aktif. Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian
aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat
mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian
aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat berfungsi terhadap
substrat.
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT : BAHAN :
- Gelas-gelas piala
50 ml dan 10 ml -
Larutan TCA 20%
- Tabung reaksi
- Larutan kasein 2% (b/v)
- Pengaduk gelas
- Larutan dapar fosfat 0,1M pH 8
- Pipet ukur 1 ml, 5
ml dan 10 ml -
Larutan NaOH 0,5 N
- Pipet tetes
- Aquadest
- Water bath 35˚C
- Reagen Folin-Ciocalteu
- Kertas saring
- Larutan tripsin (10 mg tripsin
- Kuvet dalam 25 ml dapar fosfat 0,1 M
- Spektrofotometer/calorimeter pH 8,0).
- Corong kaca.
D. PROSEDUR
PROSEDUR / CARA KERJA
|
HASIL PENGAMATAN
|
Tabung t = 0 menit
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Didiamkan selama
10 menit kemudian tetapkan serapannya pada 650 nm.
Tabung t = 20 menit
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Rekasi dihentikan dengan
penambahan 3 ml TCA 20% kedalam masing-masing tabung dan diaduk dengan kuat
![]() ![]()
Disentrifuga
selama 10 menit, kemudian disaring untuk diambil supernatanya
![]() ![]() ![]() ![]()
Didiamkan selama
10 menit kemudian tetapkan serapannya pada 650 nm.
|
|
C. PENGOLAHAN
DATA
Perhitungan:
D. PEMBAHASAN:
Pada percobaan ini, data yang diperoleh tersebut yaitu dari tabung satu sampai tabung
lima, larutan berwarna putih keruh yang terbentuk dilapisan atas semakin banyak
dan bagian larutan yang bening semakin sedikit, akibat karena penambahan kasein
dari tabung satu sampai tabung lima semakin banyak
sedangkan larutan Buffer fosfat dari
tabung satu sampai tabung lima semakin sedikit. Dalam hal ini tripsin berperan
sebagai enzim yang akan dianalisis kinetika reaksinya yang mempunyai pH 6-8
sedang kasein berperan sebagai substrat yang akan bereaksi dengan tripsin
(enzim). Yang dimana suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada
substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan
subsrtat. Hubungan antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau
tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau
kontak dengan substrat dinamakan sebagai bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif
mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian
aktif suatu
enzim. Dalam hal ini tidak dapat berfungsi
terhadap substrat. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat
menyebabkan terjadinya kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan akan
terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi. Bila konsentrasi
substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim
pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian, konsentrasi kompleks enzim
substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi.
Namun dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi susbstrat tidak
menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga
jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar. Dan Larutan buffer posfat
berfungsi sebagai larutan penyangga yang mempertahankan pH larutan tetap berada
pada pH 8, yaitu pH yang optimum untuk aktivitas enzim dalam bereaksi dengan
substrat. Karena struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat
berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan
pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam
membentuk kompleks enzim substrat. Sedangkan larutan TCA 20% ditambahkan berfungsi
untuk menghentikan jalannya reaksi hidrolisis antara tripsin dan kasein dengan
cara mendenaturasi tripsin sehingga mampu menghentikan reaksi enzimatis karena
sifatnya yang asam. Kemudian dinkubasi pada T = 0 menit selama 30 menit dalam
water bath 35˚C. setelah penambahan larutan TCA 20% pada tabung dimaksudkan
untuk memberikan waktu kepada TCA dalam memutuskan ikatan-ikatan protein pada
enzim (mendenaturasi protein) sehingga enzimnya hancur. Sedang inkubasi pada T
= 20 menit setelah penambahan tripsin dimaksudkan untuk memberikan waktu yang
cukup untuk enzim dalam menghidrolisa substratnya.

Pada percobaan ini juga
dilakukan suatu proses yang dinamakan sentrifugasi. Proses ini berfungsi untuk
memisahkan partikel koloid (s) dari larutannya. Dengan kata lain, proses ini
berfungsi untuk memisahkan endapan dari campurannya. Sedangkan penyimpanan
tabung pada air es dimaksudkan untuk menyempurnakan pembentukan endapan. Pada
suhu yang lebih dingin, kelarutan suatu zat akan mengecil sehingga kemungkinan
pembentukan endapan menjadi semakin besar. Oleh karena itu, penyimpanan tabung
pada air es ini mampu menyempurnakan pembentukan endapan. Sebab reaksi yang
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi
kimia berlansung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi
berlansung lebih cepat. Pada suhu >60˚C maka enzim akan rusak dan denaturasi
pada suhu <0˚C enzim tidak aktif tetapi tidak rusak secara reversibel. Suhu
lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu optimum membuat aktifitas enzim
berkurang. Disamping itu enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat
menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi denaturasi, maka
bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentasi efektif enzim
menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu
sebelum terjadinya denaturasi dapat menaikan kecepatan reaksi. Koefisien suhu
suatu reaksi diartikan sebagai kenaikan kecepatan raksi sebagai akibat kenaikan
suhu 10˚C. Koefisien suhu ini diberi simbol Q10. Untuk reaksi yang menggunakan enzim Q10 berkisar antara 1,1 hingga 3,0 kali.
Larutan tripsin merupakan protein menjadi peptida dan asam amino. Dan kasein
merupakan protein khusus berasal dari susu.
Sampel yang diberikan
perlakuan metoda anson seharusnya bereaksi membentuk senyawa berwarna biru
bening dan mampu dibaca oleh spektrofotometer pada panjang gelombang 650 nm.
Namun pada percobaan ini, sampel berubah warna menjadi kuning kehijauan. Oleh
karena itu dilakukan rescanning dengan alat UV visible untuk mencari panjang
gelombang maksimum dari warna kuning kehijauan tersebut. Dan didapatkan panjang
gelombang maksimum pada 400 nm. Semakin banyak kasein yang ditambahkan, maka
akan semakin banyak reaksi hidrolisan yang dilakukan enzimnya. Angka ini akan
membuat warna kuning kehijauan larutan pada metoda anson menjadi semakin pekat
dan enyebabkan nilai absorbansi sampel tersebut semakin besar berdasarkan
pembacaan spektrofotometer. Namun pada percobaan yang dilakukan, nilai
absorbansinya naik turun sehingga grafik yang terbentuk pun tidak baik. Hal ini
kemungkinan terjadi karena terjadi kesalahan pada beberapa tahapan prosedur
yang dilakukan.
Spektrofotometri merupakan
suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda.
Keterangan :
Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)A =
Absorban
Kecepatan reaksi kinetika enzim
yang paling tinggi terjadi di awal masa inkubasi. Hal ini terjadi karena pada
saat itu kondisi enzim masih sangat baik dalam menghidrolisis substratnya.
Namun pada grafik percobaan ini, terjadi banyak distorsi dikarenakan dikerjakan
oleh 2 kelompok berbeda yang keabsahan pengerjaannya tidak diketahui dengan
pasti dan keterbatasan waktu yang ada.
Grafik hubungan V dan S
seharusnya terus menaik ke atas hingga dicapai V maksimum, setelah mencapai V
maksimum, titik-titik pertemuan antara sumbu x dan sumbu y seharusnya membentuk
garis vertikal karena substrat habis dan kecepatan menjadi stabil pada angka
itu. Namun pada grafik hasil percobaan, garisnya masih naik dan turun, hal ini
terjadi karena beberapa kesalahan ketika percobaan berlangsung.
E. KESIMPULAN:
·
Enzim
bekerja dengan menurunkan enegi aktivasi tanpa mengubah keseluruhan perubahan
energi bebas reaksi.
·
Fungsi
ditambahkan TCA untuk mengnonaktifasikan enzim
·
Larutan
buffer posfat berfungsi sebagai larutan penyangga yang mempertahankan pH
larutan tetap berada pada pH 8, yaitu pH yang optimum untuk aktivitas enzim
dalam bereaksi dengan substrat.
·
Ketika
semua enzim berada dalam keadaan ES (jenuh oleh substrat), laju
reaksi mencapai nilai maksimum pada kecepatan absorban per detik.
·
Beberapa
faktor yang mempengaruhi kondisi optimum suatu enzim diantaranya adalah derajat
keasaman (pH), suhu inkubasi, dan ada tidaknya inhibitor.
·
V
maksimum didapat sebesar 0,0118 dan Km didapat sebesar -0,0405
F. DAFTAR
PUSTAKA:
·
Poedjiadi,
anna dan Suprianti, Titin. 2009. Dasar-Dasar
Biokimia. Universitas
Indonesia:
Jakarta
·
Wirahadikusummah, M., 1985. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
ITB: Bandung
·
http://josuasilitonga.wordpress.com/2010/10/07/enzim/
(12-12-2010)
·
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/
(12-12-2010)
·
http://www.sigmaaldrich.com/life-science/metabolomics/enzymeexplorer/
analytical-enzymes/trypsin/trypsin-inhibitors.html
(12-12-2010)
Newest casino in San Francisco - JTM Hub
BalasHapusNewest 울산광역 출장마사지 casino in San Francisco - JTM Hub. 대구광역 출장샵 San Francisco's latest casino in Downtown San 아산 출장샵 Francisco is 부산광역 출장샵 the 삼척 출장샵 hottest casino in the city!