Jumat, 09 Maret 2012

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Reaksi Uji Protein


PERCOBAAN II
REAKSI UJI PROTEIN

A. TUJUAN  :
            Diharapkan dapat memahami metode identifikasi protein secara kualitatif

B. PRINSIF DASAR            :
Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti “yang paling utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 26%, dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%. Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein.




Terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen.
Protein dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak.
Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsif :
·         Uji Biuret        : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²‡ dengan gugus –CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
·         Pengendapan dengan logam   : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat.
·         Pengendapan dengan garam   : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat
·         Pengendapan dengan alcohol             : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alcohol
·         Uji koagulasi   : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan.
·         Denaturasi protein       : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.

C. ALAT DAN BAHAN
  1. UJI BURET
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Natrium hidroksida 2,5 N
              2. pipet tetes                                        2. larutan protein (gelatin dan
              3. gelas ukur                                            albumin)
                                                                                      3. larutan tembaga sulfat
      (CuSO4) 0,01 M

  1. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. larutan protein (gelatin dan
              2. pipet tetes                                            albumin)
              3. gelas ukur                                        2. Merkuri (III) klorida (HgCl2)
                                                                              0,02 M
                                                                          3. Timbal asetat 0,2 M
  1. PENGENDAPAN DENGAN GARAM
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Larutan protein (gelatin dan 
              2. pipet tetes                                            albumin)
              3. batang pengaduk                             2. larutan jenuh (NH4)2 SO4
              4. kertas saring                                    3. reagen millon
              5. gelas ukur                                        4. reagen uji Buret

  1. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Larutan albumin
              2. pipet tetes                                        2. Buffer asetat 5 M
              3. gelas ukur                                        3. Asam klorida 0,1 M
                                                                          4. Natrium hidroksida 0,1 M
                                                                          5. Etil alcohol 95 %

  1. UJI KOAGULASI
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Asam asetat 1 M
              2. pipet tetes                                        2. larutan protein (gelatin dan
              3. gelas ukur                                            albumin)
              4. stopwatch                                        3. Reagen Millon
              5. batang pengaduk                             4. air

  1. DENATURASI PROTEIN
Alat     : 1. Tabung reaksi                    Bahan  : 1. Larutan albumin
              2. pipet tetes                                        2. Buffer asetat pH 4,7 (1 M)
              3. gelas ukur                                        3. HCl 0,1 M
              4. stopwatch                                        4. NaOH 0,1 M
              5. thermometer
              6. pH meter






D. CARA KERJA / PROSEDUR
1. UJI BIUREText Box: 3 ml larutan protein (gelatin & albumin) pada tabung reaksiT



2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
 





Diulangi percobaan dengan melakukan Pb asetat 0,2 M
 


3.  PENGENDAPAN DENGAN GARAM
 























4. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Disiapkan 3 tabung reaksi
 

Tabung
1
2
3
Larutan albumin
5 ml
5 ml
5 ml
Buffer asetat pH 4,7 (5M)
1 ml
-
-
HCL 0,1 M
-
1 ml
-
NaOH 0,1 M
-
-
1 ml
Etil alcohol 95 %
6 ml
6 ml
6 ml


5. UJI KOAGULASI
 




 














6. DENATURASI PROTEIN
 



Tabung
1
2
3
Larutan albumin
9 ml
9 ml
9 ml
Buffer asetat pH 4,7 (5M)
-
-
1 ml
HCL 0,1 M
1 ml
-
-
NaOH 0,1 M
-
1 ml
-
















E. HASIL PENGAMATAN
1. UJI BIURET
3 ml larutan protein (gelatin & albumin) pada tabung reaksi, sebelumnya gelatin berwarna kuning agak jernih sedangkan warna albumin (putih telur)  putih bening kental, lalu ditambahkan dengan 1 ml natrium hidroksida 2,5 N pada larutan protein tersebut (gelatin & albumin) dengan dikocok. Dan setelah ditambahkan 1 ml natrium hidroksida 2,5 N pada larutan gelatin tidak terjadi apa-apa, sedangkan pada larutan albummin (putih telur) terdapat endapan. Kemudian pada larutan protein (gelatin & albumin)  tersebut juga ditambahkan setetes larutan tembaga sulfat 0,01 M yang diaduk, ditambahkan larutan tembaga sulfat 0,01 M setetes demi tetes samapi timbul warna pada larutan protein tersebut (gelatin & albumin). Kemudian setelah ditambahkan tembaga sulfat 0,01 M pada larutan protein (gelatin & albumin), warna larutan albumin berubah menjadi ungu tetapi tetap terdapat endapan, sedangkan pada larutan gelatin menjadi tetap berwarna kuning tetapi agak lebih jernih dan tidak terdapat endapan.

       2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
2 tabung reaksi yang berisi larutan albumin, masing-masing sebanyak 3 ml. Pada kedua tabung yang berisi larutan albumin tersebut ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M pada tabung pertama, sedangkan pada tabung kedua ditambahkan 5 tetes Pb asetat 0,2 M, saat penambahan larutan HgCl2 dan Pb asetat pada kedua larutan albumin tersebut secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi. Saat penambahan larutan HgCl2 dan Pb asteat pada kedua larutan albumin, yang lebih cepat bereaksi adalah larutan albumin yang ditambahkan HgCl2. Sedangkan warna pada larutan albumin setelah ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M menjadi putih yang mulanya albumin berwarna putih bening kental sebelum ditambahkan larutan HgCl2. Dan pada larutan albumin setelah ditambahkan Pb asetat 0,2 M menjadi berwarna putih keruh, yang mulanya albumin berwarna putih bening kental sebelum ditambahkan larutan Pb asetat 0,2 M.
2 tabung reaksi yang berisi larutan gelatin, masing-masing sebanyak 3 ml. Pada kedua tabung yang berisi larutan gelatin tersebut ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M pada tabung pertama, sedangkan pada tabung kedua ditambahkan 5 tetes Pb asetat 0,2 M, saat penambahan larutan HgCl2 dan Pb asetat pada kedua larutan gelatin tersebut secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi. Saat penambahan larutan HgCl2 dan Pb asteat pada kedua larutan gelatin, yang lebih cepat bereaksi adalah larutan gelatin yang ditambahkan HgCl2. Sedangkan warna pada larutan gelatin setelah ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M menjadi bening yang mulanya gelatin berwarna kuning bening sebelum ditambahkan larutan HgCl2. Dan pada larutan gelatin setelah ditambahkan Pb asetat 0,2 M menjadi berwarna bening juga, yang mulanya gelatin berwarna kuning bening sebelum ditambahkan larutan Pb asetat 0,2 M.

        3. PENGENDAPAN DENGAN GARAM
5 ml larutan protein (gelatin & albumin) dijenuhkan dengan ammonium sulfat, dengan cara : larutan protein (gelatin & albumin) ditambahkan sedikit garam kedalam larutan tersebut dan diaduk, kemudian ditambahkan juga sedikit ammonium sulfat dan diaduk lagi. Setelah ditambahkan garam dan ammonium sulfat pada larutan gelatin terdapat 2 lapis larutan pada tabung reaksi yaitu pada lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan warna larutan gelatin sebelumnya berwarna kuning bening.
Dan sedangkan pada larutan albumin setelah ditambahkan garam dan ammonium sulfat terdapat 3 lapis pada larutan, yaitu pada lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah terdapat endapan putih keruh, dan pada lapisan bawah terdapat endapan putih. Yang sebelumnya larutan albumin berwarna putih bening kental.
Pada kedua larutan protein (gelatin & albumin) yang sudah jenuh setelah  ditambahkan garam dan ammonium sulfat kemudian disaring dengan kertas saring. Hasil saring yang berupa endapan putih dari larutan gelatin yang ditambahkan dengan garam dan ammonium sulfat tersebut kemudian ditambahkan dengan reagen millon, dan hasil yang didapat yaitu larutan berwarna kuning dan didalamnya terdapat gelembung yang naik keatas,  serta diatasnya juga terdapat busa. Sedangkan pada uji endapan dari larutan gelatin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengan difiltrat yang ditambahkan dengan NaOH yaitu hasil yang didapat adalah warna keruh pada larutan (belum larut) kemudian ditambahkan juga dengan CuSO4, larutan menjadi larut. Sedangkan pada uji endapan dari larutan gelatin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengana air yaitu menjadi larut.
Hasil saring yang berupa endapan putih dari larutan albumin yang ditambahkan dengan garam dan ammonium sulfat tersebut kemudian ditambahkan dengan reagen millon, dan hasil yang didapat yaitu endapan tidak larut dalam reagen millon, dan warna endapannya adalah orange muda. Sedangkan pada uji endapan dari larutan albumin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengan difiltrat yang ditambahkan dengan NaOH yaitu hasil yang didapat adalah warna larutan lebih jernih, kemudian ditambahkan juga dengan CuSO4, larutan menjadi berwarna biru jernih. Sedangkan pada uji endapan dari larutan albumin yang ditambahkan garam dan ammonium sulfat tersebut dengana air yaitu menjadi larut.

        4. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Disiapkan 3 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan larutan albumin sebanyak 5 ml, pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer aetat pH 4,7 (5 M) sebanyak 1 ml, setelah ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) pada larutan albumin tidak reaksi apa-apa pada lerutan, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan juga larutan etil alkohl 95 % sebanyak 6 ml, dan reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 3 lapisan pada larutan yaitu pada lapisan atas berwarna jernih, lapisan tengah berwarna putih keruh, dan lapisan bawah berwarna keruh.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M 1 ml, reaksi yang di dapat setelah penambahan HCl pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga ditambahkan larutan etil alcohol 95 % sebanyak 6 ml, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah warna larutan putih keruh dan terdapat 2 cincin putih ditenggah-tengah larutan, cincin pertama agak lebih tipis sedangkan cincin kedua agak lebih putih keruh.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M 1 ml, reaksi yang didapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan larutan etil alcohol 95 % sebanyak 6 ml, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna jernih dan lapisan bawah agak keruh.

        5. UJI KOAGULASI
5 ml larutan protein (albumin) didalam tabung reaksi, kemudian ditamahkan 2 tetes asam asetat 1 M dan dipanaskan selama 5 menit, terjadi reaksi pada larutan albumin yang ditambahkan asam asetat yaitu seluruh larutan setelah dipanaskan menjadi endapan putih susu. Kemudian endapan tersebut ada  yang ditambahkan dengan air ada juga yang ditambahkan dengan reagen millon. Pada endapan yang ditambahkan dengan air terjadi reaksi pada larutan yaitu terjadi 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan pada endapan yang ditambahkan reagen millon terjadi reaksi pada larutan yaitu larutan berwarna bening tetapi terdapat gumpalan berwarna merah pada tengah-tengah larutan.

        6. DENATURASI PROTEIN
Disiapkan 3 tabung rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing sebanyak 9 ml, pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml, setelah ditambahkan HCl 0,1 M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanakan selama 15 menit, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) 10 ml, dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih padat.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M 1 ml, reaksi yang di dapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama 15 menit, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) 10 ml dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Pada larutan ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang pertama.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,5 (5 M) 1 ml, reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di panaskan selama 15 menit dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh bagian larutan berwarna putih susu padat.


F. PEMBAHASAN
       1. UJI BIURET
Larutan yang digunakan pada reaksi uji protein, terutama pada uji biuret adalah albumin dan gelatin. Albumin didapat dari larutan putih telur, telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Nilai gizi telur sangat lengkap, yeitu merupakan sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, sehingga dari tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan asam amino proteinnya sangat lengkap. Telur kaya fosfor dan besi, tetapi kandungan kalsiumnya rendah. Selain itu telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin dan D.
Sedangkan pada protein (gelatin) biasanya diperoleh dari bahan yang kaya akan kolagen seperti tulang sapi dan dimanfaatkan sebagai cangkang kapsul, sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, pengikat air, pelapis tipis, dan pemerkaya gizi. Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan.
Pada percobaan biuret ini yaitu yang pertama larutan protein (gelatin & albumin) ditambahkan larutan natrium hidroksida 2,5 N yang kemudian diaduk. Setelah ditambahkan natrium hidroksida 2,5 N pada gelatin yaitu tidak terjadi reaksi apa-apa tetap berwarna kuning bening, sedangkan pada albumin terdapat endapan putih di dalam larutan, yang mulanya albumin berwarna putih kental. Penambahan larutan natrium hidroksida pada larutan protein tersebut yaitu sebagai katalis yang berfungsi untuk menghancurkan atau memecahkan protein. Kemudian ditambahkan juga dengan larutan tembaga sulfat pada masing-masing larutan protein tersebut (gelatin & albumin), tidak terjadi perubahan warna pada larutan gelatin setelah ditambahkan larutan tembaga sulfat yaitu warna larutannya tetap berwarna kuning benih, hanya lebih agak bening dari larutan semula. Padahal untuk membuktikan reaksi positif adanya peptida (penyusun protein) akan terbentunya warna ungu saat ditambahkan larutan tembaga sulfat pada larutan, hal ini bisa disimpulkan bahwa larutan gelatin tersebut tidak mengandung peptida, atau mungkin juga ada kesalahan teknis saat percobaan, sehingga larutan tidak berwarna ungu.
Sedangkan terjadi perubahan warna pada larutan albumin setelah ditambahkan tembaga sulfat dan dikocok yaitu warna larutan menjadi berwarna ungu dan warna ungu tetap tidak hilang walaupun ditambahkan larutan tembaga sulfat setetes demi tetes dan kemudian di kocok, serta masih terdapat endapan putih, yang mulanya larutan tersebut berwarna putih terdapat endapan. Untuk membuktikan adanya peptida pada protein (albumin), yaitu dengan penambahan larutan tembaga sulfat pada larutan albumin, larutan tembaga sulfat yang bersifat basa bereaksi dengan polipeptida, sedangkan polipeptida merupakan penyususn protein. Yang menandakan positif adanya protein yaitu terdapat ikatan peptida lebih banyak, dapat dibuktikan saat penambahan larutan tembaga sulfat setetes demi tetes dan dikocok larutan tetap berwarna ungu, hal ini menandakan bahwa ikatan peptidanya kuat, karena apabila ikatan peptinya lemah, saat larutan protein ditambahkan tembaga sulfat yaitu warna ungunya akan memudar saat dikocok.
Reaksi uji biuret ini memberikan hasil yang positif akibat pembentukan senya kompleks Cu 2+ gugus CO dan NH dari suatu rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dari asam-asam amino histidin, serin, dan treonin tidak memberikan reaksi untuk uji biuret. Pada percoban larutan sampel yang memberikan hasil uji positif adalah albumin.

        2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
Pada percobaan pengendapan dengan logam, yaitu 2 tabung yang berisi larutan gelatin, tabung pertama ditambahkan HgCl2 dan tabung kedua ditambahkan PbSO4, penambahan larutan HgCl2 dan PbSO4 pada larutan gelatin secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi, dan yang lebih bereaksi adalah larutan gelatin yang ditambahkan HgCl2. warna gelatin yang ditambahkan HgCl2 yaitu bening, sedangkan pada gelatin yang ditambahkan PbSO4 juga bening. Warna semula laruta gelatin yaitu kuning bening.
Selain larutan gelatin, larutan protein (albumin) juga diperlakukan percoban yang sama seperti pada larutan gelatin, yaitu 2 tabung yang berisi larutan albumin, pada tabung pertama ditambahkan HgCl2 dan tabung kedua ditambahkan PbSO4, penambahan larutan HgCl2 dan PbSO4 pada larutan albumin secara bersamaan, supaya dapat dibandingkan larutan mana yang lebih cepat bereaksi, dan yang lebih bereaksi adalah larutan albumin yang ditambahkan HgCl2. warna albumin yang ditambahkan HgCl2 yaitu putih, sedangkan pada albumin yang ditambahkan PbSO4 berwarna putih keruh. Warna semula laruta albumin yaitu putih kental.
Dari percobaan diatas, masing-masing larutan protein (albumin & gelatin) yang ditambahkan HgSO4 lebih cepat bereaksi dibandingkan PbSO4. Larutan protein yang ditambahkan HgSO4 lebih cepat bereaksi karena apabila protein direaksikan dengan logam akan terjadi ikatan lebih kuat dan itu yang menyebabkan terjadi reaksi lebih cepat, sehingga akan mempengaruhi logam berat terhadap larutan protein. Dan hal ini juga  terjadi karena tetapan disosiasi HgCl2 lebih besar daripada PbSO4.  Pada saat ditambahkan ke dalam larutan protein, HgCl2 akan terionisasi dan lebih banyak dalam bentuk Hg2+ sehingga protein lebih cepat bereaksi dengan Hg2+ tersebut dan menghasilkan endapan dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang pengendapan oleh logam PbSO4 yang memiliki tetapan disosiasi lebih kecil dari Hg.
Ikatan yang amat kuat dari reaksi protein yang ditambahkan dengan HgCl2 akan memutuskan ikatan jembatan garam, sehingga akan terjadi denaturasi, secara bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang terdapat pada protein dapat bereaksi dengan ion logam berat dan dapat membentuk senyawa kelat. Ion-ion yang dapat membentuk endapan logam dengan protein antara lain adalah Ag, Ca, Zn, Hg, Fe, Cu, Co, Mn, dan Pb. Selain gugus –COOH dan gugus –NH2, gugus –R pada molekul asam amino tertentu dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain. Gugus –SH pada molekul akan bereaksi dengan dengan ion Hg. Jumlah endapan yang dihasilakan dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang ditambahkan. Logam Hg lebih reaktif daripada logam Pb karena merupakan logam transisi pada sistem periodik.

        3. PENGENDAPAN DENGAN GARAM
Yang dilakukan pada percobaan ini adalah protein (gelatin & albumin) dijenuhkan dengan amonium sulfat. Dengan cara ditambahkan logam, diaduk sampai larut, ditambahkan amonium sulfat dan juga diaduk lagi sehingga tertinggal sedikit garam. Pada larutan gelatin setelah ditambahan amonium sulfat ini terjadi 2 palisan pada larutan, lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan pada larutan gelatin setelah ditambahkan amonium sulfat terdapat 3 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah berwarna putih keruh, dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Tujuan dilakukan percobaan ini adalah mengetahui sifat garam pada pengaruh larutan protein amonium sulfat (garam anorganik).
Pada masing-masing larutan protein tersebut (gelatin & albumin) terdapat endapan putih dilapisan bawah, endapan putih itu adalah endapan garam yang tidak larut akibat ditambahkan dengan ammonium sulfat, peristiwa pemisahan protein ini disebut salting out. Hal ini terjadi karena ammonium sulfat memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi daripada protein. Sehingga pada saat penambahan ammonium sulfat, ammounium sulfat akan melarut dalam air/pelarutnya dan mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk solidnya sehingga terbentuklah protein yang terendapkan. Dan endapan putih tersebut juga di saring menggunakan kertas saring, kemudian masing-masing hasil saring dari protein tersebut (gelatin & albumin) dilarutkan menggunakan air, dilarutkan menggunakan reagen Millon, dan difiltrat juga dengan uji biuret. Pada endapan garam yang dilarutkan dengan air yaitu semua endapan larut, karena sifat garam yang hidrofobik, jadi saat garam dilarutkan pada air, garam akan menyerap air sehingga garam mudah larut dalam air. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk mengdehidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang.
Pada hasil endapan albumin yang ditambahkan amonium sulfat dilarutkan dengan reagen millon yaitu endapan tidak larut pada reagen millon dan endapannya berwarna orange, padahal mulanya endapan tersebut berwarna putih. Sedangkan pada endapan putih gelatin yang ditambahkan amonium sulfat dilarutkan dengan reagen millon terjadi reaksi pada larutan, yaitu larutan tersebut berwarna kuning dan didalamnya terdapat gelembung yang naik keatas, serta terdapat busa pula. Prinsif reagen millon itu sendiri bembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa protein albumin mengandung Tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin tidak. Tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya.
Selain dilarutkan dalam air dan reagen millon, hasil endapan protein yang ditambahkan dengan amonium sulfat juga di filtrat dengan ditambahkan NaOH, dan kemudian juga ditambahkan dengan CuSO4. Pada endapan gelatin yang difiltrat dan ditambahkan NaOH, yaitu endapan belum larut dan setelah ditambahkan CuSO4 larutan menjadi bening. Sedangkan pada endapan albumin yang difiltrat dan ditambahkan NaOH, yaitu menjadi larutan jernih dan setelah ditambah CuSO4 larutan berubah menjadi berwarna biru. Warna biru inilah yang menjunjukan bahwa masih ada ikatan peptida dalam larutan, ini berarti juga masih ada protein dalam larutan yang belum terendapkan sempurna dengan penambahan garam amonium sulfat tersebut.

       4. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
3 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan larutan albumin, pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer aetat pH 4,7 (5 M), setelah ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) pada larutan albumin tidak reaksi apa-apa pada lerutan, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan juga larutan etil alkohl 95 %, dan reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 3 lapisan pada larutan yaitu pada lapisan atas berwarna jernih, lapisan tengah berwarna putih keruh, dan lapisan bawah berwarna keruh. Pada pH buffer asetat 4,7 dan pH albumin 4,5-4,8 hal inilah yang membuat ikatannya lebih cepat, sehingga akan membentuk endapan lebih banyak.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, reaksi yang di dapat setelah penambahan HCl pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga ditambahkan larutan etil alcohol 95 %, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah warna larutan putih keruh dan terdapat 2 cincin putih ditenggah-tengah larutan, cincin pertama agak lebih tipis sedangkan cincin kedua agak lebih putih keruh.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang didapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan larutan etil alcohol 95 %, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna jernih dan lapisan bawah agak keruh. Bisa terdapat endapan pada larutan albumin karena terjadi denaturasi.
Tujuan reaksi pengendapan dengan alkohol pada reaksi diatas yaitu untuk mengetahui pengaruh alkohol terhadap larutan protein. Dan berfungsi juga untuk menurunkan konstanta dielektrik pada larutan sehingga gaya tarik-menarik antar molekul jadi semakin kuat. Kemudian alkohol akan mengkondisikan gugus positif pada asam amino untuk bereaksi dengan gugus negatif yang ada dalam larutan, sehingga pada suasana tertentu mampu membentuk endapan. Albumin yang ditambah larutan penyangga (buffer) pH 4,7 paling banyak menghasilkan endapan, hal ini terjadi karena pH tersebut merupakan titik isoelektrik protein sehingga endapan yang terbentuk merupakan jumlah yang paling maksimal. Albumin yang ditambahkan HCl juga menghasilkan endapan, namun dengan kuantitas yang lebih sedikit, ini terjadi karena gugus positif pada protein berikatan dengan gugus Cl- dan gugus negatif yang ada pada larutan sehingga terbentuk endapan pada suasana asam. Sebaliknya, protein tidak terendapkan oleh alkohol pada suasana basa karena pH nya terlampau jauh dari titik isoelektrik protein. Protein juga disebut ampoter karena pada ujung rantai protein terdapat gugus asam amino dan karboksilat, sehingga mudah larut tetapi susah larut dalam lemak.

       5. UJI KOAGULASI
Larutan protein (albumin) didalam tabung reaksi, kemudian ditamahkan asam asetat 1 M dan dipanaskan, terjadi reaksi pada larutan albumin yang ditambahkan asam asetat yaitu seluruh larutan setelah dipanaskan menjadi endapan putih susu. Kemudian endapan tersebut ada  yang ditambahkan dengan air ada juga yang ditambahkan dengan reagen millon. Pada endapan yang ditambahkan dengan air terjadi reaksi pada larutan yaitu terjadi 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih. Sedangkan pada endapan yang ditambahkan reagen millon terjadi reaksi pada larutan yaitu larutan berwarna bening tetapi terdapat gumpalan berwarna merah pada tengah-tengah larutan. Uji Koagulasi ini adalah denaturasi protein akibat panas dan alkohol.
Pereaksi millon pada larutan tersbut adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.




       6. DENATURASI PROTEIN
Denaturasi protein dapat diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuarterner molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrifobik, ikatan garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein.  Pada pengujian denaturasi protein ini yaitu
3 tabung rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, setelah ditambahkan HCl 0,1 M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanakan, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M), dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih padat. Pada hal ini terjadi proses denaturasi karena terjadi endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH albumin 4,5 hal inilah yang membuat ikatan lebih cepat, dan membentuk endapan lebih banyak.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang di dapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Pada larutan ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang pertama.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,5 (5 M), reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di panaskan selama dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh bagian larutan berwarna putih susu padat.
Endapan yang paling banyak dihasilkan oleh HCl, dan yang paling sedikit pada NaOH. Buffer asetat menghasilkan endapan karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH albumin yaitu 4,5-4,9. setiap protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif, sedangkan dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada albumin adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan albumin berdenaturasi lebih banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat asam.
Denaturasi protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti ikatan hydrogen, jembatan garam, ikatan disulfide dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses presipitasi dan koagulasi protein seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif . pada titik isolistrik protein mempunyai muatan psitif dan negatif yang sama, sehingg tidak bergerak kearah elektroda positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua elektroda tersebut.


G. KESIMPULAN
·         Pembentukan warna ungu diperoleh dari Cu yang bersifat basa bereaksi dengan polipeptida .
·         pada pengujian buret, pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam, pengendapan dengan alcohol, koagulasi, dan denatursi protein semuanya terdapat endapan
·         pada uji biuter larutan protein albumin yang menunjukan reaksi positif, terlihat dari perubahan warna menjadi ungu. Uji biuret merupakan pengujian umum terhadap kandungan protein, dengan melihat ada dan tidaknya ikatan peptida pada larutan tersebut.
·         Protein terendapkan oleh logam berat seperti Pb dan Hg. Dan yang lebih cepat bereaksi adalah larutan yang ditambahkan Hg, karena tetapan disosiasi HgCl2 lebih besar daripada PbSO4.
·         Albumin yang mempunyai pH 4,5-4,9 yang ditambah larutan penyangga (buffer) pH 4,7 akan banyak menghasilkan endapan, karena pH tersebut merupakan titik isolistrik protein sehingga endapan yang terbentuk merupakan jumlah yang paling maksimal.
·         Protein akan terkoagulasi oleh pemanasan
·         albumin berdenaturasi lebih banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat asam.

H. DAFTAR PUSTAKA
  • Poedjiadi, anna dan Suprianti, Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas
Indonesia: Jakarta
  • Wirahadikusummah, M., 1985. Biokimia: Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
ITB: Bandung
  • http://www.scribd.com/doc/29526024/Laporan-BIOKIM-4 (4 - 11 - 2010)
  • http://andiscientist.blogspot.com/2010/08/uji-identifikasi-protein.html
(4 – 11 – 2010)
(4 – 11 – 2010)
(4 – 11 – 2010)
  • http://meboubhbrouk.blogspot.com/2009/10/reaksi-uji-protein.html
                        (4 – 11 – 2010)

           



1 komentar: